JAKARTA – Tim peneliti dari Ghent University, Belgia, mengumumkan sebuah terobosan bagi industri energi alternatif. Mereka mengaku telah menemukan cara efektif mengubah rumput menjadi bahan bakar pesawat terbang atau jet.
Dalam eksperimen mereka, tim peneliti mengatakan bisa mengubah rumput menjadi bahan bakar dengan melibatkan proses fermentasi seperti pada pembuatan bir. Langkah ini diklaim bisa menghadirkan energi alternatif dalam beberapa dekade mendatang, tak perlu menunggu lama hingga ratusan atau ribuan tahun untuk mewujudkan hal tersebut.
Dikutip dari Engadget, Selasa 4 April 2017, peneliti menjelaskan untuk menciptakan itu, mereka merawat rumput dengan senyawa yang membuat tanaman itu lebih mudah dicerna bakteri Clostridium. Bakteri ini umum ditemukan dalam usus manusia dan termasuk golongan bakteri yang baik.
Kemudian tim peneliti mengolah rumput itu dengan ragam bakteri dari keluarga Clostridium. Proses pelibatan bakteri untuk mengolah rumput itu layaknya fermentasi pada bir yang memproduksi asam laktat dan turunannya hingga sampai menghasilkan asam kaproat.
Proses lebih lanjut dari tahapan itu akan berubah menjadi dekana, salah satu bahan utama dari gasoline dan bahan bakar jet.
Tim peneliti mengakui, dekana memang bukan kategori bahan bakar yang bersih, sebab menghasilkan karbon dioksida saat dibakar. Tapi dekana masih lebih baik dibanding baterai lithium dilihat sisi kepadatan energinya.
Terjangkau dan Murah
Saat ini, proses mengubah rumput menjadi bahan bakar itu masih sebatas menghasilkan beberapa tetes bahan bakar nabati. Tapi tim peneliti yakin proses ini sudah relatif efisien. Apalagi rumput tergolong banyak ketersediaanya, tak seperti jagung. Rumput tumbuh di banyak tempat tak beda dengan jagung.
Kondisi ini akan mendukung kemungkinan bahan bahar dari rumput ini menjadi terjangkau dan murah.
Peneliti meyakini proses mengolah rumput menjadi bahan bakar yang mereka jalani layak untuk bisa sampai ke tahap komersialisasi. (IFR/VivaNews.com)