JAKARTA – Beberapa tahun ini, industri farmasi Indonesia mulai berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan.
Industri farmasi Indonesia diharapkan dapat bertransformasi menjadi industri farmasi yang berbasis riset.
“Pengembangan agar struktur industri farmasi di Indonesia dapat semakin kuat dan mampu bersaing di pasar obat,” kata Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Republik Indonesia, Maura Linda Sitanggang, Senin (27/3/2017).
Dikatakannya, upaya kemandirian bahan baku obat sejalan dengan roadmap pengembangan industri farmasi dimana di dalamnya mencantumkan bahwa pengembangan industri farmasi meliputi pengembangan bahan baku kimia, herbal, biologi, vaksin dan suplemen kesehatan.
“Roadmap diharapkan dapat menjadi panduan bagi industri farmasi untuk memproduksi bahan baku obat di dalam negeri, sehingga diharapkan pada tahun 2025 Indonesia dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor bahkan menjadi pengekspor obat dan bahan baku obat,” katanya
Maura Linda Sitanggang menambahkan, pemilihan Indonesia sebagai tempat dilaksanakan CPhI dinilai tepat mengingat Indonesia membutuhkan bahan baku obat dan teknologi produksi farmasi yang cukup besar untuk mendukung manufaktur lokal di Indonesia.
Selain itu, sesuai dengan roadmap pengembangan Industri farmasi, Indonesia akan menjadi tempat investasi yang menjanjikan untuk produksi bahan baku obat dan produk inovasi kesehatan.
“Pameran CPhI SEA telah menjadi forum bagi industri farmasi untuk melihat prospek tren inovasi dalam pengembangan bahan baku farmasi, bahan kemasan dan teknologi produksi,” katanya.
Ajang CPhI South East Asia 2017 dan dan Hi SEA 2017 mencatat lebih dari 200 peserta pameran dengan pavilion nasional dan grup dari Korea, China serta India.
Selama tiga hari pameran, CPhI South East Asia 2017 dan Hi South East Asia mengharapkan kehadiran lebih dari 5,000 profesional industri.
Rutger Oudejans mengatakan menambahkan, CPhI South East Asia dapat terus berkontribusi pada pertumbuhan industri farmasi di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara.
“Dengan jumlah produsen terbanyak, Indonesia tepat menjadi tuan rumah CPhI South East Asia dan dapat berkembang menjadi basis manufaktur industri farmasi di Asia Tenggara,” katanya. (IFR/Tribunnews.com)