JAKARTA — Pemetaan perguruan tinggi bisa dilakukan dengan melihat potensi yang sudah dimiliki tiap-tiap institusi. Perguruan tinggi yang memiliki banyak makalah ilmiah di jurnal internasional dan nasional terakreditasi dapat dikategorikan memiliki kekuatan dalam penelitian.
Hal itu dikemukakan pengamat pendidikan tinggi Djoko Santoso di Jakarta, Jumat (10/3). Djoko dimintai tanggapan terkait wacana perlunya pemetaan potensi perguruan tinggi (PT) berdasarkan keunggulan masing-masing.
Sebelumnya, mencuat wacana agar tidak semua perguruan tinggi harus diarahkan berbasis riset jika sumber dayanya memang tidak mendukung. Pemerintah didorong memetakan perguruan tinggi agar dapat terpilah dalam tiga kelompok, yakni pengajaran, riset, atau kewirausahaan (Kompas, 10/3).
Djoko menyebutkan, pemerintah dapat menempuh beberapa skema. Misalnya, jika mengacu pada data Kementerian Ketenagakerjaan, dan jumlah lulusan suatu perguruan tinggi cepat terserap di bursa ketenagakerjaan, itu tandanya perguruan tinggi tersebut unggul di vokasi. Lihat pula apabila perguruan tinggi produktif menghasilkan produk.
Skema lain, lanjut Djoko, ialah pemerintah menunjuk perguruan tinggi tertentu untuk mengampu satu bidang, misalnya Institut Teknologi Sepuluh Nopember sebagai salah satu poros pendidikan dan penelitian kelautan. “Pemerintah harus menyokong perguruan tinggi yang ditunjuk dengan sarana dan prasarana memadai,” katanya.
Secara terpisah, Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ocky Karna Rajasa mengatakan, perguruan tinggi bisa membentuk konsorsium untuk melakukan penelitian. Hal ini memungkinkan para pengajar di perguruan tinggi untuk melakukan penelitian dan pengembangan meskipun sarana dan prasarana di lembaga tempat mereka mengajar belum sepenuhnya memadai.
Menurut dia, pendanaan riset bisa dilakukan melalui konsorsium, yaitu kerja sama antarperguruan tinggi untuk meneliti ataupun mengembangkan topik permasalahan tertentu.
“Sejak tahun 2016 sudah dilakukan pemetaan riset perguruan tinggi dengan menggunakan delapan parameter,” ujarnya.
Kelak akan tersaring sepuluh perguruan tinggi terbaik dalam tiap-tiap bidang prioritas. Bidang-bidang tersebut, antara lain, adalah sosio-humaniora, kelautan, pertanian dan ketahanan pangan, serta energi terbarukan. (IFR/ Harian Kompas)