SURABAYA – Inovasi terbaru dalam memanfaatkan limbah industri terus dikembangkan akademisi. Hal ini juga dilakukan 4 dosen Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Surabaya dalam penelitian mereka.
Bahkan mendapatkan paten atas penelitian yang berjudul Proses Pembuatan Biodiesel Melalui Reaksi Simultan Ozonolisis dan Transesterifikasi dari Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Mereka yaitu Prof Ir Lieke Riadi PhD, Edy Purwanto ST MEng Sc, Aloysius Yuli Widianto ST, DEA, dan Lie Hwa ST MT yang mendapatkan hak paten setelah 4 tahun.
“Hak paten ini saya ajukan saat riset yang saya lakukan benar-bebar baru. Diajukan di awal sambil riset terus berjalan,” ungkap Prof Lieke di sela simulasi pembuatan biodiesel di di Laboratorium Teknik Reaksi Kimia, Gedung TG lantai 2 Kampus Tenggilis Universitas Surabaya Jalan Raya Kalirungkut Surabaya.
Riset yang ia lakukan dengan mengubah minyak jelantah dengan teknologi ozonasi hingga menjadi biodiesel. Biodiesel baru yang ia buat menurutnya mampu bersaing karrna diolah dari minyak jelantah industri.
Berbeda dengan biodiesel yang biasa dibuat dengan minyak goreng biasa. Teknologi ozonasi yang melibatkan reaksi ozonolisis dan transesterifikasi sehingga mampu memotong ikatan rangkap di minyak goreng bekas.
Menurut Prof Lieke, teknologi ozonasi ini memang sering dilakukan ubtuk mengurai limbah dengan memecah partikelnya.
“Pada proses pembuatan biodiesel umumnya membutuhkan energi (energy extensive), mereka membuat energi dengan menggunakan energi. Dengan reaksi ozonolisis ini, kami tidak energy extensive karena menggunakan suhu ruang,” ungkapnya.
Bahan baku minyak jelantah dalam percobaan ini diperoleh dari berbagai restoran cepat saji di Surabaya. Proses pembuatannya dilakukan dengan membiarkan minyak jelantah dalam kontainer selama 1 hari, untuk memisahkan minyak jelantah dari air. “Proses pembuatan dilakukan dalam reaktor yang dilengkapi dengan pengaduk, termokopel, baffle dan sparger untuk mendistribusikan zat ozon. Reaktor skala laboratorium ini desainnya dengan volume 1,5 liter,” tuturnya.
Setelah itu metanol dimasukkan dengan perbandingan 1 dengan 5 dengan minyak dan asam sulfat sebanyak 4 persen ke dalam reaktor. Setelah itu gas ozon yang dihasilkan dari generator ozon dialirkan dari bagian bawah reaktor melalui sparger. “Waktu reaksi berkisar 170 – 200 menit dengan kecepatan pengadukan 400 rotasi per menit (rpm) untuk mendapatkan kontak yang baik antara minyak jelantah, metanol dan ozon,” paparnya.
Pembuatan biodiesel ini akan menghasilkan biodiesel sebesar 87,23 persen dari jelantah yang ada. Jadi misalnya dari 5 liter minyak jelantah dapat menghasilkan 4,36 liter biodiesel. “Rencana ke depan saya ingin membuat pilot plant untuk mengarah ke komersial,mungkin mencari dana bantuan atau kerjasama drngan industri,” ungkap wanita yang menyelesaikan pendidikan S3 di University of Sydney.
Biodiesel merupakan produk yang ramah lingkungan. Carbon yang ada di biodiesel diserap dari atmosphere melalui photosintesa di tanaman. Ketika membakar biofuel maka carbon dikembalikan ke atmosphere dan tidak ada efek level Karbondioksida di atmosfer. (IFR/SurabayaTribunnews.com)