JAKARTA – Produktivitas guru besar dan doktor di Indonesia tergolong rendah dalam hal publikasi riset di jurnal ilmiah. Publikasi ilmiah Indonesia secara internasional sekitar 9 ribu publikasi, sedangkan Malaysia mencapai 23 ribu publikasi, Singapura 16-17 ribu publikasi, dan Thailand 13.000 publikasi.
Jumlah 9 ribu publikasi itu tidak mencapai separuh dari sekitar 31 ribu guru besar dan doktor yang dimiliki Indonesia. ”Permasalahan terbesar dalam menulis makalah berlevel internasional ialah kemuktahiran topik,” kata Guru Besar Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB), Djoko Santoso ketika dihubungi dari Jakarta (19/12).
Menurut dia, menerbitkan makalah di jurnal internasional merupakan salah satu kriteria perguruan tinggi atau lembaga penelitian yang bermutu dunia.
Djoko, mantan Direktut Jenderal Pendidikan Tinggi menjelaskan, mayoritas makalah dari Indonesia terpaku pada aspek prosedural. Selain itu, banyak topik bukan penemuan terbaru di bidang ilmu bersangkutan.
”Makalah yang diterbitkan di jurnal berlevel scopus, misalnya merupakan yang terbaik dibanding seluruh makalah pada topik yang sama dari seluruh dunia. Pembahasan yang kekinian sangat penting,” ujar Djoko.
Menurut data Scoupus, pangkalan data jurnal ilmiah yang diakui secara internasional, pada 2015 ada 22 jurnal dari Indonesia yang bertaraf global. Jurnal-jurnal itu antara lain diterbitkan oleh Universitas Gadjah Mada, UI, Universitas Brawijaya, dan UIN Sunan Kalijaga. (IFR/Harian Kompas)