News

Riset Perguruan Tinggi Belum Dirasakan Masyarakat

JAKARTA – Dari sekitar 30.000 proposal riset yang dilakukan perguruan tinggi dalam dua tahun terakhir tak ada satu pun hasil risetnya yang berguna bagi masyarakat secara langsung. Pasalnya, riset para guru besar dan profesor itu hanya sebatas untuk kepentingan publikasi internasional, hak paten dan prototip.

Direktur Jenderal Kelembagaan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI, Patdono Suwignjo menyatakan, penelitian yang dilakukan kampus itu ada di level terendah (academic research center TRL 5-6). “Jadi para peneliti di kampus itu jangan terlalu berbangga. Toh masyarakat tak membutuhkan penelitian seperti itu,” ujar Patdono dalam acara Workshop Menuju Hilirisasi Produk Unggulan Pusat Unggulan Iptek, Selasa, 13 Desember 2016.

Ia mengatakan, Indonesia saat ini memerlukan penelitian pada level selanjutnya, yakni TRL 9 inovatif center, center of excellence (CoE), dan science of techno park (STP). Tujuan dari penelitian pada level lebih tinggi itu untuk menghasilkan pengusaha pemula berbasis teknologi. “Yang dibutuhkan adalah bagaimana cara membuat bibit unggul, itu bisa terjadi saat penelitian sudah masuk level STP,” katanya.

Ia menjelaskan, ada tiga tantangan yang dihadapi dalam pengembangan iptek, yakni meningkatkan dukungan nyata iptek terhadap peningkatan daya saing sektor-sektor produksi dan jasa, meningkatkan dukungan iptek untuk keberlanjutan dan pemanfaatan sumberdaya alam baik hayati maupun nirhayati dan meningkatkan dukungan iptek untuk penyiapan masyarakat Indonesia menyongsong kehidupan global yang maju dan modern.

Dengan demikian, membangun lembaga penelitian dan pengembangan (lemlitbang) di Indonesia supaya unggul menjadi sangat penting. “Lemlitbang ini nantinya diharapkan dapat menghasilkan produk-produk yang dapat dihilirisasi untuk diproduksi dan digunakan masyarakat luas,” ujarnya. (IFR/Pikiran Rakyat)

Join The Discussion