JAKARTA—Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (kemristekdikti) menetapkan sebanyak 19 lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) dari 45 lembaga litbang sebagai Pusar Unggulan Iptek.
Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek Dikti Kemenristekdikti, Patdono Suwignjo mengatakan, bidang yang menjadi fokus unggulan dari PUI tersebut antara lain mencakup Pangan, Energi, Teknologi dan Manajemen Transportasi, Teknologi Infomasi dan Komunikasi, Teknologi Pertahanan dan Keamanan, Teknologi Kesehatan dan Obat, dan Material Maju.
“Ke depannya diharapkan PUI ini juga bisa mendukung program kemaritiman, sosial budaya humaniora dan dukungan aspek kebijakan,” ungkap Patdono dalam konferensi pers di Gedung Kemristekdikti, Jakarta, Rabu (7/12).
Salah satu PUI yang ditetapkan Kemristekdikti, PT Surfaktan dan Bioenergi-IPB telah mengembangkan riset surfaktan minyak sawit untuk aplikasi Enhanced Oil Recovery (EOR)dalam mendorong peningkatan produksi minyak bumi.
Peneliti Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) IPB, Agatha Maria mengugngkapkan teknologi hasil inovasi ini telah dikembangkan sejak tahun 2003 hingga sekarang dan telah diajukan patennya serta telah diuji skala field trial di industri perminyakan. Dipilihnya surfaktan dari minyak sawit untuk aplikasi EOR, lanjut Agatha, berdasarkan pada pertimbangan bahwa produk minyak sawit di Indonesia berlimpah dan perlu ditingkatkan nilai tambahnya.
“Konsumsi pemakaian bahan bakar minyak di Indonesia sendiri mencapai 1.800 barel per hari, ada defisit minyak bumi sekitar 800 barel per hari yang pemenuhannya masih import. Rendahnya kemampuan produksi minyak bumi di Indonesia karena lapangannya sendiri sudah tua, lalu bagaimana upaya pemerintah memproduksi kembali ketika lapangannya sudah tua? Salah satunya melalui EOR ini. Metodenya injeksi chemical berbasis anionik dari minyak sawit. Ini sudah diimplementasikan di lapangan milik Pertamina di daerah Kalimantan Selatan,” jelas Agatha.
Sementara itu, yang menarik lainnya adalah PUI Radiobiomolekul – BATAN yang telah menghasilkan produk kesehatan berupa Radiofarmaka 153Sm-EDTMP dan Kit radiofarmaka methylene diphosphonate (MDP). Radiofarmaka 153Sm-EDTMP ini dapat digunakan untuk meringankan rasa nyeri yang diderita oleh penderita kanker yang telah menyebar ke tulang.
Kepala Pusat Radiobiomolekul BATAN, Siti Darwati mengatakan, penderita kanker dengan stadium lanjut, sel kanker akan menyebar (metastasis) ke bagian tubuh lain dan dalam banyak kasus tulang merupakan salah satu tempat terjadinya penyebaran kanker. Sementara itu, Kit radiofarmaka methylene diphosphonate (MDP) merupakan sediaan kering steril dan bebas pirogen yang diperoleh melalui proses kering beku (freezed-drying).
Ditegaskan, sediaan radiofarmaka ini digunakan pada skeletal scintigraphy (bone-scan) untuk pemeriksaan adanya sebaran kanker di dalam tulang. Diagnosis ini sangat diperlukan dalam penentuan stadium penyakit kanker seorang penderita.
“Produk litbang kami harus didukung dan dikontrol secara ketat oleh Badan POM. Karena yang dikembangkan adalah produk larutan injeksi. Harus lolos dulu di uji pre klinis terhadap hewan. Setelah itu lolos uji klinis kepada manusia. Kalau sekarang sampai pada tahap hilirisasi itu adalah hasil dari proses yang panjang,” ujar Siti Darwati.
Siti kemudian menyebutkan dibandingkan dengan pereda rasa nyeri lain seperti morfin yang mengakibatkan kecanduan, produknya bisa bertahan lebih lama dari morfin. Produk pereda nyeri tersebut sudah digunakan di beberapa rumah sakit.
Sedangkan untuk produk hasil inovasi BATAN ini, dari sisi harga lebih ekonomis yakni hanya sekitar Rp 1 jutaan untuk satu kali injeksi dan reaksinya bisa bertahan hingga 6 minggu. “Jika menggunakan morfin, penderita kanker harus diinjeksi hampir setiap hari di mana biaya injeksi bisa mencapai puluhan juta,” pungkasnya. (IFR/Prokal.co)