JAKARTA–Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir mengungkapkan bahwa Indonesia sudah saatnya untuk melahirkan produk yang berkualitas dalam menghadapi persaingan global. Salah satunya dengan meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di jenjang pendidikan tinggi.
Menurutnya, kualitas pendidikan tinggi di Indonesia sudah menunjukkan peningkatan kualitas yang luar biasa. Hanya saja, hasil riset yang dipublikasikan masih jauh kalah dari negara tetangga. “Masalah riset ini ujungnya akan berimplikasi pada jumlah publikasi internasional juga. Kita masih kalah dari Malaysia dan Singapura, ini harus kita kejar terus,” kata Nasir di Jakarta.
Nasir ungkapkan bahwa permasalahan Pendidikan Tinggi di Indonesia adalah adanya masalah disparitas kualitas. Perbandingan antara semakin banyaknya Perguruan Tinggi di Indonesia yaitu sekitar 4.400 Perguruan Tinggi, belum mampu ditopang dengan banyaknya lulusan dosen S2 maupun S3.
Namun demikian, kata Nasir, program Kementerian sudah dapat meminimalisir masalah tersebut. “Penataan dan penertiban di lingkup Perguruan Tinggi sudah dilaksanakan, antara lain pembinaan Perguruan Tinggi yang kedapatan bermasalah, dan penataan NIDK, revitalisasi LPTK tidak hanya kelembagaan tetapi juga kurikulumnya, revitalisasi vokasi, Penomoran Ijazah Nasional (PIN) dan SIVIL untuk menghindari ijazah palsu,” ucapnya.
Lebih jauh Nasir menambahkan, penataan untuk mendukung kualitas pembelajaran dari sisi lain juga dilakukan. Antara lain dengan akreditasi institusi dan akreditasi program studi.
“Saat ini sekitar 1.019 akreditasi institusi untuk Perguruan Tinggi sudah selesai dan baru 26 yang berakreditasi A dan yang B jumlahnya 302, sementara akreditasi prodi sudah mencapai angka 17.114 dari 24.638 prodi, yang berkareditasi A jumlahnya 2.164. Sisanya menyusul dan terus kita tingkatkan kualitasnya. Artinya apa, harus kita lakukan, agar mahasiswa dan lulusan Perguruan Tinggi kualitasnya naik terus,” tuturnya.
Sementara untuk mahasiswa, Nasir berpesan agar mahasiswa jangan dilibatkan dalam komoditi perpolitikan kampus, tapi arahkan terus dan dorong mahasiswa untuk meningkatkan minat, bakat dan kreativitasnya di masa depan agar lebih baik lagi dari sekarang. (IFR)
Sumber: Prokal.co