JAKARTA – Kemajuan pesat internet dengan teknologi mahadata (big data) yang dimilikinya menuntut perubahan cara kerja wartawan. Pemberitaan kini tak lagi cukup hanya disusun berdasarkan sekelumit informasi, hasil wawancara atau observasi, tetapi mesti diperkuat dengan pemanfaatan big data yang dikelola serta dianalisis secara mendalam.
“Revolusi teknologi digital tidak kompatibel lagi dengan cara kerja wartawan. Pemilihan Presiden Amerika Serikat merupakan salah satu contoh bagaimana kegagalan media-media negara itu yang selama ini yakin pada kemenangan Hillary Clinton, tetapi justru Donald Trump yang menang,” kata Wahyu Dhyatmika, pengurus Bidang Pendidikan Aliansi Jurnalis Independen sekaligus wartawan senior Tempo.
Karena itu, menurut Wahyu, saat ini adalah waktu yang tepat untuk merefleksikan kembali kinerja wartawan. Jurnalis perlu mengubah pola kerjanya dengan memanfaatkan informasi-informasi lain di luar wawancara dan observasi, yaitu mengolah kumpulan informasi yang muncul dalam jumlah besar atau big data.
Langkah-langkah pengolahan big data bisa dimulai dengan melontarkan pertanyaan kemudian mencari data, memungutnya, membersihkannya, menganalisisnya, dan mempersentasikannya. Dengan menyampaikan data yang terstruktur, media bisa lebih merefleksikan realitas. (IFR/Harian Kompas)