BANDUNG — Negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menjajaki kerja sama antarpeneliti. Hal itu bertujuan mengembangkan riset vaksin, terutama menghadapi sejumlah penyakit infeksi di dunia.
Kerja sama itu diupayakan pada Lokakarya Pengelolaan Vaksin ke-2 yang akan diikuti negara-negara OKI, 15-18 November 2016, di Kota Bandung, Jawa Barat. PT Bio Farma (Persero), badan usaha milik negara yang memproduksi vaksin, menjadi tuan rumah acara itu.
“Kegiatan ini diharapkan mendorong kemandirian negara-negara Islam dalam produksi vaksin dan kerja sama antarperiset menemukan vaksin baru,” kata Sekretaris Korporat PT Bio Farma M Rahman Rustan di Bandung, Jumat (11/11).
Hal itu karena bermunculan sejumlah penyakit baru dan penyakit yang muncul lagi dan mewabah, antara lain, ebola, zika, dan Sindrom Pernapasan Timur Tengah akibat virus korona (MERS-Cov). “Potensi peneliti dari negara-negara OKI besar antara lain dari Iran, Pakistan, Malaysia, dan Indonesia,” ucapnya.
Kemandirian produksi
Rahman menambahkan, kemandirian produksi vaksin perlu didorong. Sebab, jumlah perusahaan vaksin di dunia menurun, padahal permintaan vaksin meningkat. “Banyak permintaan vaksin tak bisa dipenuhi karena kapasitas terbatas,” ujarnya.
Saat ini, Bio Farma memberikan transfer teknologi ke sejumlah negara, termasuk Turki dan Arab Saudi yang industri vaksinnya baru siap di tahap pelabelan dan pengemasan. “Kami membantu mengirim bahan setengah jadi ke Arab Saudi. Selama ini, Arab Saudi mengimpor vaksin dari Amerika Serikat dan Eropa,” ujarnya.
Di lingkup OKI yang beranggotakan 57 negara, baru 7 negara yang punya industri vaksin, yakni Indonesia, Senegal, Arab Saudi, Tunisia, Turki, Mesir, dan Iran. Hanya vaksin dari Indonesia dan Senegal yang diakui WHO.
Kemandirian produksi vaksin menjadi tujuan lokakarya. Lokakarya itu direncanakan dihadiri delegasi dari 10 negara, yakni Pakistan, Turki, Tunisia, Malaysia, Iran, Arab Saudi, Maroko, Senegal, Mesir, dan Banglades. Acara itu juga akan dihadiri wakil WHO, dan Aliansi Global Untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI).
Menurut Kepala Departemen Komunikasi Korporat Bio Farma N Nurlaela Arief, pembicara pada pelatihan itu antara lain wakil dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, WHO, dan Bio Farma. (IFR/Harian Kompas)