News

Jumlah Lansia Membengkak, Peneliti UGM: Ini Persoalan Besar

Yogyakarta – Peneliti senior dari Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Sukamdi, mengungkapkan bahwa Indonesia menghadapi situasi bahaya besar dengan peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia).
“Persoalan yang sama ini juga sudah terjadi di negara lain seperti Jepang. Tapi belum ada kesadaran penuh bahwa kita mempunyai persoalan besar soal lansia,” ujar Sukamdi di kampus UGM, Sabtu, 22, Oktober 2016. “Saya melihat, Indonesia belum mempunyai respons yang cukup terhadap persoalan lansia.”
Sukamdi mengatakan data PSSK UGM menunjukkan persentase jumlah penduduk lansia meningkat hingga 100 persen pada 2035. Pada 2010, persentase jumlah lansia sebesar 4,9 persen atau 11.878.236 jiwa dan angka itu diproyeksikan meningkat menjadi 10,8 persen atau 32.112.361 jiwa pada 2035.
Menurut Sukamdi, kelompok lanjut usia yang berumur lebih dari 65 tahun kini menjadi isu kependudukan yang penting karena bisa menjadi potensi atau beban dalam siklus kehidupan manusia secara keseluruhan. “Jika saat usia produktif seseorang mampu melakukan saving atau menabung, maka saat dia menjadi lansia atau tidak lagi produktif, dalam sisi ekonomi, dia tidak menjadi beban bagi negara,” katanya.

Ia mengatakan menjadi tua atau lansia akan berhadapan dengan tiga kesenjangan. Pertama, kesenjangan geografis, yakni hubungan atau pertemuan fisik antara orang tua dan anak akan semakin jarang.
Kedua, kesenjangan kultural, yakni perbedaan cara pandang dan nilai antara orang tua dan anak, sedangkan ketiga adalah kesenjangan ekonomi.
“Ketiga kesenjangan inilah yang sedang dihadapi oleh para lansia. Kita kemarin mendengar berita, di Condong Catur ada seorang lansia yang meninggal namun baru lima hari kemudian diketahui oleh keluarga, dan tetangganya. Ini adalah salah satu contoh saja karena sebenarnya sudah ada beberapa kasus serupa dan mulai menggejala,” kata Sukamdi lagi. (IFR/Tempo.co)

Join The Discussion