JAKARTA – Kondisi bawah permukaan Jakarta sudah tergolong buruk yang diakibatkan dari terganggunya tatanan keseimbangan bagian bawah. Hal itu diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Robert M Delinom pada 2000 hingga 2005, yang menyatakan permukaan tanah Jakarta mengalami penurunan sekira lima hingga 15 sentimeter setiap tahun.
Kepada Media, baru-baru ini Robert mengatakan, kondisi air bawah tanah yang buruk setiap tahunnya sangat berpengaruh dalam tatanan keseimbangan bagian bawah permukaan Jakarta yang meliputi kondisi tanah, mineral tanah serta aliran air bawah tanah.
Robert menyarankan perubahan pola pembangunan di Jakarta. Wilayah utara Jakarta tidak diperbolehkan ada bangunan masif. Kemudian, bagian tengah masih direkomendasikan bangunan masif dan perkantoran. Dan, wilayah selatan harus diperbanyak wilayah terbuka hijau dan lokasi parkir air (tempat bermuaranya air, red). “Tempat-tempat yang kelihatannya turun perlu juga memperluas tempat-tempat parkir air seperti di wilayah utara dan barat Jakarta,” saran Robert.
Jika hal demikian tidak segera dilakukan, maka tidak menutup kemungkinan ancaman buruk yang menimpa Jakarta akan terjadi dalam waktu dekat. Mengingat kata Robert, saat ini pun Jakarta sedang mengalami penurunan permukaan.
Selain itu, faktor lain yang ikut mendukung penurunan permukaan tanah adalah pertambahan bangunan dalam skala masif yang terjadi setiap tahun. Bangunan-bangunan untuk kepentingan industri, perkantoran, perumahan menyebabkan daerah resapan air semakin menipis. “Dan, itu harus ditata ulang oleh pemerintah,” ucap Robert. (msr/LIPI)