BANDUNG – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir meresmikan fasilitas riset baru di Institut Teknologi Bandung, yang sebagian dana pembangunannya berasal dari pinjaman Jepang.
“Pusat-pusat (riset) ini sudah dibangun ITB bersama dengan JICA. Mudah-mudahan bisa memberikan manfaat yang baik pada ITB khususnya, dan pada bangsa Indonesia dalam pengembangan sumber daya manusia,” ujar Nasir di sela peresmian itu, di Bandung, Senin, 29 Agustus 2016.
Dia meminta keberadaan fasilitas riset baru itu bisa mendorong pengembangan riset guna menggenjot program hilirisasi dan komersialisasi riset untuk industri. “ITB akan menyediakan pusat riset ini untuk mendukung proses pembelajaran di ITB,” tuturnya.
“Ke depan, ini tidak cukup. Ini harus kita kembangkan, tidak hanya universitas riset. ITB sudah mencanangkan sebagai enterpreneur university, ini yang saya katakan penting. Riset-riset yang selama ini dilakukan ITB bisa dilakukan untuk downstream dan komersialisasi industri,” katanya, menambahkan.
Rektor Institut Teknologi Bandung Kadarsah Suryadi mengatakan fasilitas itu berupa pembangunan empat gedung baru dan renovasi dua gedung lama. Empat gedung baru itu adalah Center for Advanced Sciences (CAS), Centre for Art, Design and Language (CADL), Centre for Infrastructure and Built Environment (CIBE), dan Centre for Research and Community Services (CRCS).
CAS ditujukan untuk pengembangan nanoteknologi, sedangkan gedung CIBE ditujukan untuk pengembangan teknologi bangunan tahan gempa. Adapun CADL yang dikelola Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB khusus untuk pengajaran seni rupa dan desain berbasis laboratorium untuk pengembangan industri kreatif serta pelatihan bahasa. Sementara itu, gedung CRCS untuk pengembangan calon start-up company.
Kepala Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi ITB Hermawan Kresno Dipojono mengatakan fasilitas penelitian nanoteknologi di gedung CAS terhitung paling komplet di Indonesia. “Saya bisa mengatakan untuk complete facility, mulai penyiapan sampel hingga penelitian obyeknya bisa dibilang saat ini yang paling lengkap di Indonesia,” katanya.
Adapun Kepala Laboratorium Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, Teknik Sipil, ITB, Bimo Sumarti mengatakan empat gedung baru itu semuanya dirancang tahan gempa mengikuti aturan SNI 2012, yang salah satunya disusun juga oleh ahli-ahli yang mengerjakan penelitian bangunan gempa di kampus itu. (IFR)
Sumber: Tempo.co