News

Daerah Rawan Bencana Harus Belajar dari Bali

Bali merupakan salah satu provinsi yang tidak pernah berhenti melakukan terobosan, khususnya dalam bidang kebencanaan. Sebagai salah satu daerah kepulauan, mitigasi terus dilakukan guna mengantisipasi segala bentuk kemungkinan terjadinya bencana.

Seperti yang dilakukan pemerintah Provinsi Bali baru-baru ini, yang menerapkan sertifikasi hotel siaga bencana bagi para pelaku usaha pariwisata. Mitigasi bencana yang kerap dianggap beban pun bisa sejalan dengan kegiatan wisata berkat kolaborasi pemda dan pelaku usaha.

Mitigasi bencana tersebut juga disambut baik oleh beberapa pelaku usaha perhotelan. Ika Manuaba, Human Resources Manager Hotel Patra Jasa menerangkan betapa pentingnya mitigasi bencana, khususnya gempa bumi dan Tsunami.

“Kami sadar sepenuhnya, Bali rawan bencana gempa dan tsunami, karena itu kami bersiap jika sewaktu-waktu kondisi darurat. Orang yang telah dilatih saja bisa panik kalau terjadi gempa, apalagi jika tak pernah bersiap,” ujarnya.

Menurut Kepala Pusdalops BPBD Bali Gede Made Jaya Serata Brana, sejak 2013, BPBD Bali besama 26 instansi di Bali termasuk BMKG, melakukan sertifikasi kesiapsiagaan bencana pada pelaku perhotelan. Pada 2014, sertifikasi siaga bencana diberikan kepada 23 hotel dan 2015, 15 hotel. “Sertifikasi tersebut gratis, dan dievaluasi setiap tahun,” ucap Gede.

Tidak hanya menjadi percontohan dalam hotel, Bali juga merupakan contoh daerah bersiaga. Dari total 52 sirine tsunami yang dibangun BMKG, termasuk 9 di Bali. Selain itu, hanya Bali yang pemerintah daerahnya mau mengeluarkan anggaran untuk merawatnya.

Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG mengatakan, banyak turis jadi korban ketika terjadi bencana di daerah wisata seperti yang terjadi pada tsunami Pangandaran dan Aceh 10 tahun lalu.

Sama halnya Bali, yang diapit dua sumber gempa, yakni zona subduksi di selatan dan zona gempa dari busur belakang di utara. Beberapa tsunami pun pernah terjadi di pesisir utara bali. Misalnya pada 1815 akibat gempa berkekuatan M 7, 10.253 orang tewas di Buleleng.

“Kesiapan wajib dilakukan di Bali, kita tak boleh lengah,” kata Daryono. (msr/Kompas) Sumber: laporan Ahmad Arif/Kompas

Join The Discussion