JAKARTA – Pilkada Serentak 2017 akan segera diselenggarakan, berbagai kandidat pasangan calon di beberapa tempat pun sudah bermunculan namanya. Seperti di Jakarta misalnya. Dari kalangan pejabat, pengusaha, maupun pemimpin terdahulu siap berkompetisi.
Beberapa orang senior para pelaku politisi Pilkada mengatakan, dibutuhkan modal yang tidak sedikit agar sukses dalam kompetisi tersebut. “Saya pernah mencoba konsultasi pada senior, setidaknya dibutuhkan 15-20 Milyar untuk menang dalam Pilkada,” kata Bima Arya, Walikota Bogor yang hadir sebagai narasumber dalam Bedah Buku ‘Politik Hukum Pilkada Serentak’ karya Tjhjo Kumolo, pada Selasa (3/5) di Aula BPP Kemendagri.
Menurut Bima, politik uang masih terus mengakar pada kontes Pilkada Serentak. Namun dirinya, tidak memercayai bahwa uang adalah jaminan utama untuk memenangkan dirinya menuju Bogor 1. “Uang menjadi relatif ketika punya strategi dan staminia. Saya bisa menang karena strategi, membangun ikatan emosional dengan masyarakat. Hal itu lebih baik dibandingkan membagikan amplop kepada mereka. Saya yakin strategi dan stamina bisa menekan biaya,” terangnya.
Diakui Bima, masyarakat masih sangat pragmatis dengan Pilkada. Masih banyak kelompok-kelompok menengah ke bawah yang rentan dengan politik uang. “Yang masih rentan adalah masyarakat perdesaan, mereka masih menyukai sembako, uang, atau kaos dari setiap pemilihan,” kata pria kelahiran Bogor pada 43 tahun silam itu.
Namun, dirinya tidak khawatir, yang menentukan pilkada sebenarnya ada tiga orang. Yakni nitizen, masyarakat (pemilih dewasa), dan masyarakat menengah ke atas. “Kita sasar ke mereka, tidak perlu banyak mengeluarkan biaya, karena kita hadir untuk masyarakat,” tutupnya. (IFR)