Jakarta- Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyumas mampu menemukan common enemy yang sedang dihadapi dan memperkuat sinergitas antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di wilayahnya. Hal itu disampaikan Kepala BSKDN Yusharto Huntoyungo saat menerima kunjungan Pemda Kabupaten Banyumas dalam rangka konsultasi soal Indeks Inovasi Daerah (IID). Kegiatan tersebut berlangsung di Ruang Video Conference BSKDN pada Kamis, 22 Juni 2023.
Dalam sambutannya, Yusharto mengatakan common enemy dapat dijadikan peluang bagi Pemkab Banyumas untuk menemukan inovasi yang tepat bagi daerahnya. Adapun common enemy tersebut dapat berupa angka stunting, inflasi, kemiskinan, infrastruktur, hingga pembangunan sumber daya manusia (SDM). “Kita bisa pilih salah satu (common enemy tersebut), lalu OPD mana yang akan me-lead berikut akan diikuti oleh OPD yang lain sehingga inovasi itu membentuk suatu ekosistem,” jelasnya.
Yusharto menjelaskan, IID tidak menilai inovasi per inovasi, melainkan ekosistem inovasi. Untuk itu, dirinya berharap daerah dapat melihat beragam permasalahan yang dihadapi sebagai kemungkinan lahirnya inovasi yang berkelanjutan bukan inovasi yang berdiri sendiri-sendiri. Dia mencontohkan daerah dapat melihat inovasi pengelolaan sampah sebagai solusi menurunkan angka stunting misalnya.
“Ada daerah yang dengan kreativitasnya mencoba menghubungan lebih dekat lagi antara pengelolaan sampah dengan stunting, caranya setiap masyarakat yang akan mendapatkan layanan dari pemerintah itu diminta membawa satu kantong sampah organik untuk diolah menjadi magot yang dibuat untuk makan lele, lele dibagikan ke anak-anak yang stunting,” tuturnya.
Melalui metode tersebut, kata Yusharto, dalam dua tahun daerah diyakini dapat menurunkan angka stunting, dengan catatan inovasi tersebut juga dilanjutkan dengan inovasi pemberian gizi tambahan bagi ibu hamil, remaja putri atau perempuan yang hendak menikah. Dengan demikian, tidak akan ada kasus stunting baru yang muncul di daerah tersebut.
“Pemda Banyumas bisa mencontoh siklus ekosistem inovasi tersebut diterapkan di daerahnya sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Jangan sampai inovasi berdiri sendiri-sendiri yang masyarakat kurang bisa merasakan manfaatnya,” pungkasnya.