Dikutip dari jogja.tribunnews.com, Peneliti FMIPA UGM mengembangkan inovasi sistem pembasmi hama dan penyakit tanaman melalui udara dengan memanfaatkan pesawat tanpa awak (drone) secara otonom.
Sistem pembasmi hama dan tanaman penyakit ini menggunakan drone yaitu modul flight controller untuk drone yang dibuat secara mandiri dengan kemampuan terbang secara autonomus.
Pengembang Inovasi Sistem Pembasmi Hama, Andi Dharmawan mengatakan serangan hama dan penyakit tanaman merupakan masalah yang kerap dihadapai petani di tanah air.
“Hal itu mengakibatkan penurunan hasil pertanian dan perkebunan yang dapat mengancam ketahanan pangan di Indonesia,” ujarnya Kamis (9/1/2020).
Sementara itu, penanganan hama dan penyakit tanaman tidak bisa dilakukan dengan cepat akibat lahan yang cukup luas dan tersebar.
Oleh sebab itu dia bersama tim peneliti lainnya dari Program Studi Elektronika dan Instrumentasi Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika FMIPA mengembangkan inovasi untuk mengatasi persoalan tersebut.
Andi mengatakan sistem dikembangkan dengan memakai pesawat tanpa awak (UAV) berjenis fixed wing.
UAV ini dilengkapi dengan komponen elektronik seperti motor brushless, motor servo, GPS, telemetri, baterai, dan IMU6 DOF.
Sedangkan secara mekanik dilengkapi dengan propeler 13” , maxiumum take of weight sbesar 4 kg, serta bodi dan saya dibuat dari hardfoam.
Selain itu dilengkapi pula dengan sebuah flight controller yang merupakan metode kendali Linear Quadratic Regulator (LQR).
“Penggunaan flight controller ini diperlukan agar UAV bisa terbang dengan stabil dan menjalankan misi secara otonom,” kata dia.
Tak hanya itu, UAV juga memiliki kemampuan untuk membawa pestisida yang nantinya akan disemprotkan untuk membasmi hama dan penyakit tanaman.
Di samping mengembangkan sistem pembasmi hama, Andi juga memanfaatkan UAV untuk fungsi lain yakni pemetaan penyakit tanaman.
Dia bersama Agus Harjoko membuat sistem teknologi pengenalan penyakit dan hama untuk mengidentifikasi berbagai jenis penyakit tanaman.
Kali ini UAV dengan jenis fixe wing delengkapi dengan sebuah flight controller yang dapat terhubung dengan sebuah ground segmen yang didukung dengan menggunakan BTS Baloon.
Nantinya UAV akan melakukan pemantauan dan pemetaan pada wilayah yang ditentukan.
Selanjutnya, hasilnya diproses menggunakan artificial intelegence (AI) untuk mengidentifikasi wilayah yang terkena hama dan penyakit tanaman.
“Pemetaan dilakukan menggunakan 3 wahana fixed wing dan bisa memetakan hingga 200 hektar,” terangnya.