Dikutip dari mediaindonesia.com, hasil penelitian kampus banyak digunakan pemerintah untuk mengakselerasi pembangunan. Salah satunya Universitas Islam Bandung (Unisba) melalui berbagai penelitian yang dihasilkan para dosennya.
Menurut Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Unisba, Atie Rachmiatie, penelitian pihaknya digunakan untuk membantu menyelesaikan berbagai masalah yang ada di masyarakat. Unisba selama tiga tahun terakhir ini telah menghasilkan 446 penelitian dari berbagai fakultas.
“Dana yang dikeluarkan untuk penelitian tersebut hampir Rp 21,5 miliar,” ujar Atie di acara Pemeran Hasil Peneltian dan Pengabdian kepada Masyarakat, di Aula Unisba, Bandung, Jawa Barat, Kamis (19/12).
Atie mengatakan, sebagai universitas islam, Unisba memang banyak melakukan penelitian untuk kepentingan umat. Namun, penelitian tersebut disesuaikan dengan fakultas dan program studi (prodi) yang ada di Unisba.
“Misalnya Fakultas Kedokteran (FK) bekerja sama dengan pesantren. Kan ada kesan, santri kurang bersih. Itu bagaimana membangun kesehatan dengan pengabdian,” katanya.
Menurut Atie, FK Unisba memberikan pelatihan pola hidup bersih dan mencegah penularan penyakit di pesantren. Hal itu sesuai dengan keilmuannya. Pesantren yang bekerja sama berlokasi sekitar 200 kilometer dari kampus. Yakni, pesantren yang ada di sekitar Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan lain-lain.
“Kami juga punya berbagai desa binaan. Kita petakan. Ke depan, dosen dan sivitas kalau mau mengabdi ya ke desa-desa tersebut,” kata Atie seraya mengatakan Unisba pun memiliki program Madrasah Bina Desa.
Menurutnya, Unisba membantu juga masyarakat yang ada di Subang dan Kertajati. Yakni, membantu bagaimana agar anggaran desa Rp1 miliar, bisa benar-benar efektif untuk membangun infrastruktur dan non-infrastruktur desa benar-benar dibutuhkan masyarakat.
“Kami sempat juga, meminta teman-teman planologi membuat rancangan. Agar, mereka merancang wilayah desa, supaya membuat infrastruktur yang tepat,” katanya.
Sebagai tuntutan Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi, kata dia, maka Unisba menggelar pameran karena harus ada output dan outcome serta hilirisasi penelitian.
“Biaya yang dikeluarkan untuk penelitian kan triliunan (rupiah). Jadi hasilnya tak hanya di laci. Tapi di-publish dalam bentuk buku, jurnal akreditasi nasional, internasional. Lalu apa manfaatnya untuk masyarakat,” katanya.
Oleh karena itu, kata dia, Unisba, mencoba memamerkan hasil karya penelitian dan pengabdian masyarakat, yang dilakukan setiap fakultas, dosen, hasilnya seperti apa.
“Kami juga memanfaatkan even ini untuk membangun sinergitas dan kolbaorsi dengan mitra kerja Unisba selama ini,” katanya.
Menurut Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL-Dikti) Wilayah 4 Jawa Barat, Uman Suherman, ia melihat hasil penelitian yang ada di Unisba semuanya bagus. Penelitian dalam pendidikan, memang ujungnya harus inovasi yang menjadi inkubator serta akan menjadi income.
Tapi bagaimana pun, tak akan terjadi tiba-tiba tapi harus dimulai sejak awal.
“Yang terkecil, terdekat, saya harap Unisba melakukan penelitian yang bermanfaat untuk umat. Itu yang harus dijadikan acuan penelitian sebagai kampus islam,” katanya.
Hasil penelitian Unisba ini, kata dia, akan memberikan gambaran dan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Semakin banyak penelitian maka semakin banyak temuan. Ini yang harus selalu dikembangkan dosen yang notabene sebagai peneliti. Dosen memiliki tugas sebagai penyampai, dan penemu.
“Dan saya mengapresiasi Unisba sudah memiliki dana penelitian sendiri. Yakni, Rp3 miliar setahun. Makanya masuk dalam klaster utama. Dapat hibah dari pemerintah untuk seleksi sendiri,” katanya.