Dikutip dari detik.com, hasil survei Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2018 menyatakan Indonesia berada pada peringkat 10 terbawah dari 79 negara dalam kategori matematika, literasi, dan sains. Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian prihatin melihatnya, padahal menurutnya ketiga kategori itu merupakan ilmu dasar pembelajaran.
“Sangat disayangkan hasil PISA 2018 Indonesia sangat rendah. Untuk ketiga kategori (matematika, literasi, dan sains) Indonesia masuk di daftar 10 terbawah dari 79 negara yang disurvei. Padahal, ketiga kemampuan yang disurvei merupakan skill-skill dasar yang dibutuhkan seorang manusia dalam menjalani kehidupan, bukan hafalan,” ujar Hetifah kepada wartawan, Rabu (4/12/2019).
Dia mengambil contoh kemampuan literasi merupakan dasar untuk seorang anak menangkap informasi. Hetifah mengatakan jika anak tak cermat maka akan mudah terpengaruh dengan informasi yang tidak jelas (hoaks).
“Saya ambil contoh dalam kemampuan literasi, salah satu yang diukur adalah apakah anak bisa mengambil kesimpulan dari sebuah paragraf. Kemampuan ini penting sekali, karena jika anak-anak kita tidak bisa mengambil makna dari sebuah paragraf, akan rentan untuk mendapat informasi yang salah atau terpapar hoax,” katanya.
Hetifah menilai anak-anak Indonesia akan tidak kompetitif jika kemampuan dasarnya saja tidak mengerti. Untuk itu dia meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menganalisis dengan cara membedah hasil survei PISA 2018 ini, dan fokus mengintegrasikan materi dasar ke dalam kurikulum.
“Sayang sekali nilai Indonesia disini masih rendah, dan ini berbahaya sekali jika dibiarkan. Bagaimana kita bisa kompetitif di masa depan jika untuk mengerti sebuah paragraf saja anak-anak kita masih kesulitan,” katanya.
“Saya bandingkan dengan negara-negara Asean lainnya apalagi dengan Cina, masih sangat jauh. Ini sangat-sangat memprihatinkan dan saya minta Kemendikbud membedah khusus mengenai PISA ini dan bagaimana cara mengintegrasikannya ke dalam kurikulum kita. Guru-guru pun harus dilatih bagaimana bisa mengajarkan skill-skill tersebut dengan baik,” tutur Hetifah.
Hasil laporan PISA 2018 ini baru saja dirilis pada Selasa (3/12/2019). Studi ini menilai 600.000 anak berusia 15 tahun dari 79 negara setiap tiga tahun sekali. Studi ini membandingkan kemampuan matematika, membaca, dan kinerja sains dari tiap anak.
Untuk kategori kemampuan membaca, Indonesia berada pada peringkat 6 dari bawah alias peringkat 74 dengan skor rata-rata 371. Sedangkan kategori matematika, Indonesia berada di peringkat 7 dari bawah (73) dengan skor rata-rata 379. Lalu kategori kinerja sains, Indonesia berada di peringkat 9 dari bawah (71), yakni dengan rata-rata skor 396.
Sementara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan survei ini dapat menjadi masukan yang berharga dalam meningkatkan kualitas untuk menghadapi tantangan abad 21.
“Hasil penilaian PISA menjadi masukan yang berharga untuk mengevaluasi dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang akan menjadi fokus Pemerintah selama lima tahun ke depan. Menekankan pentingnya kompetensi guna meningkatkan kualitas untuk menghadapi tantangan Abad 21,” kata Nadiem dalam keterangannya, Selasa (3/12/2019).