Dikutip dari pikiran rakyat.com, sekira 40 hingga 60 persen gangguan penglihatan pada seseorang disebabkan oleh penggunaan telefon genggam yang berlebihan. Saat ini, prevalensi gangguan kesehatan mata di Indonesia cukup tinggi, tapi 80 persennya bisa dicegah sepanjang faktor risikonya bisa dikenali.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI Anung Sugihantono menuturkan hal itu dalam peringatan Hari Penglihatan Sedunia 2019 di Lapangan Parkir Barat Gedung Sate, Jalan Cimandiri, Kota Bandung, Selasa, 15 Oktober 2019.
“Salah satu faktor risiko tersebut yaitu penggunaan handphone yang terlalu lama terutama di situasi pencahayaan yang kurang,” kata dia pada wartawan.
Berdasarkan penelitian di beberapa provinsi, lanjut dia, penggunaan telefon genggam yang tidak sehat berpotensi terhadap 40-60 persen gangguan penglihatan. Dia mencontohkan, anak-anak kelas satu SD yang menggunakan telefon genggam lebih dari tiga jam sehari berpotensi meningkatkan resiko 4 hingga 6 kali lipat gangguan penglihatan dibandingkan mereka yang menggunakannya kurang dari sejam sehari pada pencahayaan yang cukup dan istirahat yang cukup.
“Saya mengimbau agar masyarakat terutama anak-anak tidak menggunakan atau melihat layar handphone lebih dari tiga jam sehari. Sementara, bagi yang menggunakan komputer setelah 2 jam menggunakan komputer istirahatlah selama tiga puluh menit tanpa melihat layar gadget lainnya,” tutur dia.
Kesadaran rendah
Diakui Anung, saat ini kesadaran memeriksakan mata masih sangat rendah. Seharusnya pemeriksaan mata itu minimal setahun dua kali. Terkecuali di daerah bisa setahun sekali.
Namun sekarang warga yang sadar akan hal itu masih di bawah 60 persen. Hal itu termasuk sekolah yang memberikan kesempatan pemeriksaan di awal tahun ajaran pun masih rendah.
Dia menambahkan, untuk meningkatkan partisipasi atau meningkatkan kesadaran pemeriksaan mata di Indonesia ini memiliki 9.957 puskesmas yang sudah bisa melakukan deteksi dini kesehatan mata secara sederhana. Hal itu termasuk di Jabar, semua puskesmas sudah bisa melakukan upaya, termasuk pencegahan katarak.
“Hanya di Indonesia bagian timur seperti NTT dan Maluku Utara yang pelayanan tersebut masih mencapai 40 hingga 50 persen,” ujar dia.
Pentingnya anak-anak periksa mata
Sementara itu, Pelaksana Harian (Plh.) Gubernur Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul Ulum menekankan pentingnya menjaga kesehatan mata, terutama pada anak-anak di usia belajar.
Menurut Uu, teknologi modern seperti komputer dan gadget dapat menjadi ancaman bagi penglihatan anak-anak bila tidak diawasi. Untuk itu, ia mengimbau para orang tua agar berperan aktif menjaga kesehatan mata anak.
Peran aktif orang tua pun dilakukan dengan membatasi penggunaan gadget pada anak. Jika diperlukan, lanjut Uu, orangtua harus berani mengambil langkah tegas demi kebaikan anak-anaknya.
“Biar mereka melakukan aktivitas lain daripada membahayakan di masa yang akan datang,” ucap dia.
Pada puncak peringatan Hari Penglihatan Sedunia Nasional Tahun 2019, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyerahkan bantuan berupa 500 kacamata gratis untuk anak-anak sekolah yang hadir di acara ini.