News

Riset Unggulan Daerah Kota Magelang Terus Didorong

Dikutip dari tribunjogja.com, Riset unggulan daerah di Kota Magelang terus menerus didorong. Seperti dua penelitian tahun 2019 ini, pengelolaan sampah organik dengan lalat tentara hitam (Black Soldier Fly/BSF) dan potensi pencemaran bakteri E Coli dan Salmonella dari tempat pemotongan hewan.

Hasil penelitian dari kedua riset yang difasilitasi oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kota Magelang tersebut diharapkan dapat diimplementasikan dan memberikan solusi atas permasalahan sampah organik hingga pencemaran air yang ada di masyarakt.

Peneliti dan pengajar dari Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Agus Prasetya, beserta tim, melakukan penelitian terkait Optimalisasi Biokonversi Sampah Organik Pasar dengan BSF.

Lalat BSF ini diklaim mampu mereduksi sampah organik hingga 70 persen dalam waktu singkat.

Cara ini dinilai lebih efektif dan efisien dibandingkan metode pengolahan sampah organik lain seperti dengan pengomposan yang memakan waktu lama.

“Kami rasa sangat efektif. Dari hasil penelitian kami, sampah organik dapat direduksi di atas 70 persen, dan waktunya cepat per hari. Dari keefektifan lumayan, kalau dibandingkan dengan pengomposan biasa yang lama,” tutur Agus, Selasa (24/9/2019) dalam presentasi Riset Unggulan Daerah 2019 di Balitbang Kota Magelang.

Pengolahan dengan BSF ini menurut Agus mudah untuk diimplementasikan, baik di skala rumah tangga, menengah sampai besar.

Modal awalnya tak memakan biaya banyak

Sekali saja setiap siklus.

Larva dari BSF yang menjadi agen perombak sampah organik dapat dipanen dan digunakan untuk pakan ternak, bahkan bisa dijual.

“Cara pengolahan sampah organik dengan BSF ini sendiri cukup mudah. Masalah kebiasaan saja untuk mengimplementasikan ini. Kalau sudah terbiasa ya akan bisa. Bisa dilakukan oleh semua orang.

Modalnya hanya di awal saja. Perlu telur, perlu bayinya, kalau sudah punya putaran dan siklus jadi lalat. Dikawinkan, bertelur, kan sudah tidak beli telur lagi, setelah siklus berjalan.” tutur Agus.

Kendati demikian, BSF memiliki keterbatasan. BSF hanya dapat merombak sampah organik yang basah.

Sementara sampah organik yang kering seperti daun-daun kering, ranting atau rumput kering disarankan untuk dikomposkan.

“BSF ini bisa skala rumah tangga, menengah, dan besar seperti TPST. Syaratnya sampah organik basah jangan tercampur-campur, kalau tercampur dengan batu baterai dengan aki atau racun lainnya,” ujar Agus.

Sementara itu peneliti dari Universitas Muhammadiyah Magelang, Alfian Syarifudin, mengatakan, hasil bilasan dari tempat pemotongan hewan unggas atau ayam memiliki potensi tercemar, meski masih dibawah ambang batas toleransi keamanan.

“Melihat hasil tersebut, kami memberikan solusi untuk pengolahan dan pemilihan bibit ayam harus sehat, tempat pembuangan terstandar, dan pengolahan dari limbah tempat pemotongan unggas. Dengan begitu, potensi pencemaran dapat dihindari,” tutrnya.

Didin Saepudin, Kasubid Penelitian Pengkajian Ekonomi dan Pelaksana Wilayah Balitbang Kota Magelang, mengatakan, Riset Unggulan Daerah ini menjadi wadah solusi permasalahan Kota Magelang dengan melibatkan masyarakat.

“Kita pengen masyarakat dilibatkan. Ini jadi wadah solusi permasalahan kota dengan melibatkan masyarakat. Sejak 2010 lalu dengan memberi wahana kepada masyarakat, menyelesaikan persoalan yang ada di kota magelang. Kita fasilitasi dengan melakukan penelitian, dengan jangka waktu tiga bulan,” ujar Didin.

Didin mengatakan, OPD-OPD memberikan masukan terkait permasalahan yang terjadi di Kota Magelang.

Tahun 2019 ini ada dua isu yang diteliti, yakni pengolahan sampah BSF di Pasar Gotong Royong, dan pencemaran Bakteri E Coli dari tempat pemotongan hewan ayam ataupun unggas.

Hasil dari kedua penelitian ini nanti berupa rekomendasi kepada OPD. Permasalahan dikupas kemudian dicarikan solusinya. Solusi yang didapat akan diimplementasikan kepada masyarakat.

Seperti penelitian BSF sendiri sudah diterapkan di Pasar Gotong Royong.

Sementara untuk potensi pencemaran bakteri akan diteliti lebih lanjut.

“Kita akan kembalikan rekomendasi ini kepada OPD. Ini lho ada permasalahan dan ini solusinya. Ini action plan, dan langsung diimplementasikan. Jadi ada tindakan selanjutnya, tidak terbatas penelitian sekedar buku saja. Setiap penelitian harus ditindaklanjuti. Indikator dua-duanya harus diimplementasikan.

Seperti satu yang sudah, yakni pengelolaan sampah dengan BSF di pasar Gotong Royong dan memang efektif mengurangi sampah dan untuk pencemaran bakteri dari tempat pemotongan hewan akan ditangkap Dinas pertanian dan kesehatan melalui soialisasi, pemotongan hewan, penanganan limbahnya,” ujarnya.

Join The Discussion