Dikutip dari detikhealt.com, Polusi udara yang terjadi di seluruh dunia mendorong kenaikan kasus demensia atau pikun. Hal ini terjadi di sebagian besar negara maju yang sangat marak akan polusi. Penyakit demensia ini akan muncul di kemudian harinya setelah terpapar polutan udara dengan jangka waktu yang lama. Ini membuat para peneliti di Universitas New South Wales merasa sangat khawatir dengan banyaknya nitrogen dioksida dan asap yang keluar dari kendaraan mobil yang memiliki mesin diesel tua.
Demensia merupakan berbagai gangguan neurologis progresif yang mempengaruhi kondisi otak. Dari berbagai jenis demensia, Alzheimer menjadi salah satu yang paling umum. Di Inggris, jumlah penderita demensia usia di atas 65 tahun semakin meningkat, dari 431.786 pada November 2016 menjadi 453.881 pada Mei tahun ini.
Dipublikasi di Journal of Alzheimer’s Disease, polusi udara yang berbentuk partikel-partikel mikroskopis terhirup ke dalam paru-paru dan masuk juga ke aliran darah. Para ilmuwan percaya, partikel tersebut berjalan menuju otak dan menimbulkan peradangan yang dapat menyebabkan risiko stroke, dan pada akhirnya akan memicu munculnya penyakit demensia.
Paparan rendah terhadap polusi juga dapat meningkatkan risiko kematian dini. Tidak hanya itu, risiko depresi, gangguan bipolar, dan skizofrenia juga meningkat lebih tinggi yang menjurus pada demensia. Pada tahun ini, di Inggris sekitar 850.000 orang mengidap demensia dan diperkirakan akan terus meningkat satu hingga dua juta orang pada tahun 2050.
Dikutip dari Daily Mail, penulis utama studi ini, dr. Ruth Peters, mengatakan sulit bagi orang yang tinggal di lingkungan tinggi tingkat polusinya untuk mengurangi bahkan menghindari agar tidak terpapar polusi.
“Studi ini membuktikan bahwa polusi udara memang meningkatkan risiko berkembangnya demensia di kemudian hari. Tidak mudah bagi seseorang untuk mengurangi paparan polusi, terutama untuk mereka yang tinggal di lingkungan yang kadar polusinya sangat tinggi,”
dr Peters mengatakan, keadaan ini sangat memprihatinkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hal ini karena diperkirakan 91 persen populasi di dunia tinggal di tempat-tempat yang memiliki kualitas udara yang buruk.
“Dari penelitian ini menunjukkan, bahwa peraturan pemerintah yang mengatur kita untuk mengurangi paparan polusi memiliki manfaat yang besar terhadap kesehatan. Jika kita terus terpapar udara yang memiliki kualitas buruk seperti ini, akan banyak kerugian yang kita sendiri dapatkan,” jelasnya.