Dikutip dari gatra.com, Konsorsium Riset Samudera (KRS), proyek wadah riset nasional yang melibatkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan berbagai kementerian dan lembaga (K/L) direncanakan dapat menjadi big scienceatau proyek sains besar pertama Indonesia.
“KRS ini sebetulnya [merupakan] salah satu bentuk big science. Setidaknya melibatkan 88 fakultas kelautan (perguruan tinggi) dan hampir 10 lembaga litbang, saat ini. Belum lagi nanti kerja sama dengan orang asing dan sebagainya,” kata Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko ketika memberi pernyataan pers di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta Pusat, Kamis (15/8).
Yang dimaksud dengan proyek big science, menurut Handoko, pertama, membutuhkan pendanaan yang besar, untuk pembangunan dan operasionalnya. Dan yang kedua, melibatkan banyak pihak, termasuk dari luar negeri. Meskipun pergerakan pihak asing akan terbatas.
“Kapal riset asing secara teori bisa, ikut proyek ini, tetapi pada prakteknya akan sulit untuk memenuhi persyaratan sejak adanya UU Sisnas Iptek. Hingga setiap riset asing nantinya di proyek ini harus menggunakan instrumen milik Indonesia,” katanya.
Handoko mengatakan, selain proyek big science, KRS ini juga merupakan turunan dari UU Sisnas Iptek. Nantinya seluruh datanya akan disimpan dan dijaga dalam Repositori Ilmiah Nasional (RIN), dan kemanfaatannya akan dimaksimalkan untuk kepentingan riset nasional Indonesia.
KRS sudah dideklarasikan oleh LIPI dan beberapa K/L terkait seperti Kementerian PPN/Bappenas, Kemenko Maritim, dan lainnya pada tahun 2017. Namun pada hari ini, Kamis (15/8) RIN diperkenalkan secara luas kepada para pemangku kepentingan dan masyarakat umum.