Dikutip dari viva.co.id, Indonesia memiliki potensi energi biomassa yang besar dari kelapa sawit. Pemanfaatan sawit saat ini sebagian besar masih didominasi industri pangan dan kosmetik sementara limbahnya sejauh ini baru dimanfaatkan sebagai kompos atau dibakar begitu saja. Di tangan peneliti Indonesia, limbah sawit disulap menjadi bahan bakar, caranya dengan memanfaatkan bahan neutron dan lempung.
Peneliti Pusat Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indri Badria Adilina, meriset tandan kosong kelapa sawit untuk mendapatkan biofuel di atas 60 persen sebagai bahan bakar kimia cair. Pemrosesannya menggunakan mekanisme termal katalitik .
“Proses katalis yang kami kembangkan menggunakan properti unik neutron untuk meningkatkan proses konversi dari limbah biomassa kelapa sawit menjadi biofuel yang bernilai tinggi,” ujar Indri.
Dia mengatakan, neutron membantunya memahami reaksi kimia secara lebih dalam. Katalis yang dikembangkan peneliti bergelar doktor dari Chiba University Jepang ini berbasis material terbarukan dan ketersediaannya berlimpah di alam yakni lempung.
“Kami telah mematenkan penggunaan lempung dalam pengolahan biofuel. Terdapat berbagai jenis lempung di Indonesia dan yang kami gunakan adalah bentonit,” ujar Indri yang pernah meraih Fellowship LOreal – UNESCO for Women In Science pada 2013.
Dia menjelaskan, bentonit selama ini digunakan sebagai penyerap dalam proses penjernihan minyak goreng.
“Belum ada yang memanfaatkannya sebagai katalis. Padahal bentonit berperan penting dalam reaksi kimia untuk mengubah molekul-molekul berat pada minyak sawit menjadi molekul ringan hidrokarbon yang menyusun komponen pembuatan bahan bakar seperti bensin dan solar,” ujar Indri.
Penggunaan lempung untuk pengolahan biofuel ini telah dipatenkan oleh Indri. Dalam proses risetnya, Indri mendapatkan akses untuk meneliti di fasilitas milik ISIS Neutron and Muon Source, Science and Technology Facilities Council, di Didcot, Oxfordshire, Inggris melalui skema Newton Fund.
“Mayoritas sumber neutron ini ada di Eropa, di Asia belum tersedia. BATAN sebetulnya memiliki fasilitas ini namun energinya kecil sehingga tidak bisa digunakan dalam penelitian ini,” ujar Indri.
Penelitian Indri ini merupakan peningkatan dari proses penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Pusat Penelitian Kimia.
“Biomassa memiliki kandungan oksigen tinggi yang tidak bisa langsung digunakan sebagai bahan bakar. Kadar oksigen tinggi tersebut kami turunkan dengan katalis dari bentonit sehingga dihasilkan biofuel berkadar oksigen rendah yang dapat digunakan sebagai bahan bakar seperti bensin dan solar,” ujar Indri.
Bersama peneliti dari Universitas Indonesia, penelitian Indri ini menjadi pionir di Indonesia bahkan regional Asia Tenggara yang kemudian diganjar dengan penghargaan ISIS Impact Award for 2019 in the Economic Category dari Science and Technology Facilities Council, United Kingdom Research and Innovation.
“Penghargaan ini adalah upaya meningkatkan kemampuan peneliti Indonesia tentang penggunaan neutron,” ujar Indri.
Peneliti yang bergabung di LIPI sejak 2005 ini berharap agar penelitiannya tidak sekadar berada di laboratorium. “Saya berharap ada uji coba skala besar untuk mencapai zero waste limbah kelapa sawit serta keberlanjutan yang nyata di masyarakat,” tutup Indri.