Dikutip dari gatra.com, Badan Litbangkes kukuhkan empat profesor riset pada Kamis (13/6). Gelar Profesor Riset ini dikukuhkan bagi para peneliti yang telah mencapai jenjang tertinggi sebagai peneliti utama.
Empat profesor riset yang dikukuhkan Majelis Pengukuhan Profesor Riset tersebut adalah Dr. dr. Laurentia Konadi Mihardja, MS., Sp. GK. (Kepakaran Bidang Epidemiologi dan Biostatistik) dan Dr. dr. Julianty Pradono, MS (Kepakaran Bidang Epidemiologi dan Biostatistik). Serta Dr. Astuti Lamid, MCN. (Kepakaran Bidang Makanan dan Gizi) dan Dr. Dede Anwar Musadad, SKM., M.Kes. (Kepakaran Bidang Kesehatan Lingkungan).
Topik orasi Laurentia Konadi adalah Pencegahan Diabetes Melitus melalui Pengendalian Faktor Risiko Sejak Dini. “Penelitian yang dilakukan Laurentia mengungkap diabetes melitus (DM) tipe 2 yang biasanya terjadi pada orang dewasa, sekarang sudah terjadi pada anak,” demikian ungkapnya seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Kamis (13/6).
Profesor berikutnya, Julianty Pradono menyampaikan orasi tentang Pengendalian Hipertensi Melalui Pencegahan Kegemukan. Ia mengungkapkan bahwa hipertensi merupakan faktor risiko Penyakit Tidak Menular dengan biaya pengobatan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan saat ini.
Selanjutnya, dengan bidang kepakaran makanan dan gizi, Astuti Lamid menyampaikan temuannya tentang Pengembangan Formula Ready To Use Theurapetic Food (RUTF) untuk Penanganan Balita Wasting di Puskesmas dengan pemanfaatan bahan lokal seperti kacang hijau, kacang tanah dan tempe.
Kandungan gizi RUTF lokal sesuai dengan anjuran Unicef dan terbukti efektif meningkatkan status gizi balita sangat kurus. Temuan Astuti diharapkan dapat dikembangkan dan diadopsi dalam program intervensi gizi balita wasting yang terintegrasi dengan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
Dengan kepakaran kesehatan lingkungan, Dede Anwar Musadad menyampaikan orasi dengan topik Rekayasa Sosial dan Teknologi Tepat Guna Untuk Penyelesaian Masalah Sanitasi. Penelitian Anwar mengungkapkan peningkatan kesadaran dan perilaku masyarakat menjadi kunci keberhasilan program kesehatan lingkungan.
“Untuk mewujudkannya perlu dikenalkan dan diterapkan alternatif teknologi tepat guna seperti penjernihan air sederhana, pembuatan ventilasi, jamban pasang surut, dan lain-lain,” ungkapnya.
Menurut Anwar, disamping kebutuhan sanitasi dasar yang belum terpenuhi, kita dihadapkan pada masalah pemanasan global, masalah sampah plastik dan styrofoam, serta penggunaan bahan kimia yang tidak terkendali. “Transformasi program kesehatan lingkungan membutuhkan upaya akselerasi agar dapat mengejar kecepatan perkembangan masalah baru yang timbul,” ungkapnya.