News

Genjot STP, Riset Pro Kucurkan Dana Rp 2,5 Miliar

Dikutip beritasatu.com, iklim inovasi terus didorong, salah satunya dengan membentuk science technopark (STP) sebagai wadah untuk mendorong hilirisasi riset dan inovasi sehingga manfaatnya bisa dirasakan masyarakat.

Sejak tahun 2016, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) dibantu World Bank mengucurkan anggaran dalam program Riset Pro senilai Rp 12,5 miliar selama kurun waktu 2016-2018 untuk menggenjot tumbuhnya STP.

Sekretaris Jenderal Kemristekdikti, Ainun Naim, mengatakan, Riset Pro bertujuan mendukung kementerian dan lembaga untuk mengembangkan STP sehingga mampu berjalan cepat.

“Tujuannya menemukan teknologi baru, produk baru yang bisa dimanfaatkan masyarakat baik di lingkup nasional maupun internasional,” katanya di acara Kick Off Meeting Riset Pro Komponen 1 Tahun 2019 di Jakarta, Kamis (25/4/2019).

Ainun menambahkan, di tahun 2019, Riset Pro akan mengucurkan lagi dana sekitar Rp 2,5 miliar untuk menggenjot STP semakin mature. Sebab menurutnya, dana menggenjot riset dan inovasi tidak hanya Riset Pro, adapula program pengusaha pemula berbasis teknologi.

“Kita ingin meningkatkan daya saing. Komponen penting daya saing adalah inovasi dan skill,” ujar Ainun.

Saat ini sudah ada hasil dari sejumlah STP yang siap diproduksi seperti motor listrik Gesits, katalis Institut Teknologi Bandung yang mengembangkan bahan bakar dari sawit.

Pelaksana Tugas Direktur Kawasan Sains Teknologi dan Lembaga Penunjang Lainnya Kemristekdikti Kemal Prihatman mengungkapkan, pihaknya terus melakukan pengukuran untuk mengetahui mature atau tidaknya suatu STP.

“Tahun 2018 dari target 18 STP sudah tercapai 19 STP ada 6 di antaranya berstatus mature madya dan 13 pratama,” kata Kemal.

Untuk kategori mature utama pada suatu STP lanjutnya, diberikan jika STP sudah menghasilkan keluaran berupa kontribusi ke perekonomian daerah dan sosial serta menghasilkan teknopreneur.

Sejumlah STP tersebut yang telah mature kategori madya milik Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Pertanian Bogor (IPB), Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Jember, Solo Technopark, Universitas Padjajaran dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Kemal menambahkan, pemerintah di tahun 2020-2024 menargetkan 8 STP kategori mature utama bisa tercapai. “Di Luar negeri, satu kawasan sains technopark butuh waktu 20 tahun lebih baru mature, di kita dipacu beberapa tahun saja,” ujar Kemal.

Join The Discussion