Dikutip dari rmco.id – Enam universitas negeri telah menyelesaikan Riset dan Penelitian Komprehensif atas Kendaraan Bertenaga Listrik (Electrified Vehicle Comprehensive Research and Study). Riset ini didukung oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
Keenam universitas negeri tersebut adalah Univesitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS). Kemudian Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) dan Universitas Udayana (Unud). Laporan akhir fase dua ini digelar di Universitas Udayana, Bali, Selasa (23/4).
Selama beberapa bulan terakhir, para peneliti dari 6 universitas tersebut membedah 18 unit mobil listrik dan konvensional yang disediakan Toyota Indonesia sebagai bahan penyusunan peta jalan industri otomotif Indonesia. Mobil yang diuji coba Toyota Prius, Toyota Prius Plug-in Hybrid, dan Corolla Altis.
5 kategori penelitian yang dilakukan meliputi Karakteristik Teknik, Kenyamanan Pengguna, Keekonomian, Peraturan dan Kebijakan, serta Tahap Pengembangan Teknologi. Ada sejumlah kesimpulan yang diambil para peneliti.
Pertama, jenis mobil listrik kombinasi berbagai teknologi kendaraan elektrifikasi (hybrid electric vehicle (HEV), plug-in hybrid electric vehicle (PHEV), dan battery electric vehicle (BEV) direkomendasikan untuk dikembangkan di Indonesia dengan melihat aspek kelestarian lingkungan.
Namun, para peneliti mengingatkan sejumlah tantangan yang harus diantisipasi dalam menciptakan permintaan pasar, seperti infrastruktur, biaya produksi, kenyamanan pengendara, kesiapan industri dan lain sebagainya.
Kedua, pemerintah perlu menyusun peta jalan pengembangan kendaraan elektrifikasi dan membentuk gugus tugas untuk menetapkan target sekaligus rencana aksi guna menyelesaikan beragam tantangan itu terutama dari dengan insentif fiskal dan non fiskal.
Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Harjanto mengapresiasi, rampungnya pondasi awal penyusunan peta jalan industri otomotif Indonesia. “Saya atas nama pemerintah menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada ITB, ITS, UGM, UI, UNUD, UNS dan Toyota Indonesia atas kerja samanya melakukan studi ini,” ujarnya.
Menurut dia, hasil riset tersebut akan menjadi masukan yang sangat berharga dalam penyusunan cost benefit analysis program Low Carbon Emission Vehicle (LCEV) maupun harmonisasi Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) yang saat ini sedang di finalisasi bersama Kementerian Keuangan.
“Hasil penelitian mobil listrik yang dikerjakan para akademisi sangat penting artinya dalam membantu pemerintah mewujudkan industri otomotif nasional sebagai salah satu sektor andalan dalam peta jalan Making Indonesia 4.0,” ujarnya.
Dia menuturkan, pada 2030 mendatang pemerintah menargetkan Indonesia dapat menjadi pusat produksi mobil bertenaga Internal Combustion Engine (ICE) maupun listrik untuk pasar domestik sampai ekspor. Agar bisa menjual produk tersebut ke luar negeri, tentu saja diharapkan industri nasional dapat memproduksi bahan baku dan komponen utamanya secara mandiri.
“Lima tahun sebelum mencapai target besar tersebut, Kemenperin menginginkan 20 perse. dari total produksi kendaraan baru di Indonesia sudah berteknologi electrified. Sehingga komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen dapat tercapai,” kata Harjanto.