News

Faktor Global dan Pilpres Pengaruhi Investasi di Kuartal I 2019

Diktutip dari jawapos.com, ekonomi global yang mengalami perlambatan pertumbuhan ditambah dengan makin dekatnya Pemilu 2019 menjadi faktor utama yang mempengaruhi investasi di Kuartal I. Peneliti INDEF Abra Talattov mengatakan loyonya ekonomi Tiongkok berdampak pada penurunan ekspor karena besarnya kontribusi ekspor Indonesia ke negara tirai bambu ini.

Masyarakat yang penghasilannya dari komoditas ekspor akan terpengaruh, sehingga menurunkan daya beli. “Perbankan juga akan terpengaruh karena risiko Non Performing Loan (NPL) kredit bisa meningkat. Merembetnya kemana-mana,” ungkapnya di Jakarta, Minggu (7/4).

Lebih lanjut dirinya mengatakan, investasi asing ke Indonesia juga banyak disumbang dari Tiongkok dan Amerika. Sehingga jika ekonomi mereka melambat, investasi ke sini juga akan melambat. Faktor Pemilu 2019 juga cukup membuat investor cenderung wait and see. Berbeda dengan Pemilu 2014 yang dipastikan bakal ada pemimpin baru, di Pemilu 2019 ada pertahanan dan penantang.

Transisi ini dikhawatirkan berisiko pada bisnis mereka, seperti kemungkinan perubahan kebijakan. Seperti mereka yang sudah memiliki perjajian dengan proyek-proyek pemerintah. “Nantinya akan ada review terhadap kesepakatan kerjasama itu, nah itu menjadi salah satu faktor. Investasi rendah kuartal satu karena orang menunggu kepastian,” ungkapnya.

Ekonom Asia Development Bank Institute (ADBI) Eric Sugandi mengatakan iklim investasi kuartal I 2019 tidak akan jauh beda dengan triwulan sebelumnya. Namun ivestor di sektor riil akan cenderung wait and see menunggu hasil Pemilu 2019. “Sehingga mereka tidak agresif berinvestasi,” tuturnya.

Selain faktor Pemilu 2019, perlambatan ekonomi global mempengaruhi perusahaan-perusahaan yang orientasinya ekspor mengurangi investasi mereka selaras dengan melambatnya demand global. “Cenderung menguragi investasi,” jelasnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan kebijakan di beberapa negara telah berubah menyikapi perlambatan ekonomi global. Bagi Indonesia menjaga momentum pertumbuhan ekonomi berarti juga harus mendorong motor penggerak perekonomian. Salah satu motor penggerak ekonomi yakni investasi. “Bagaimana sektor swasta khususnya sektor keuangan bisa mendukung melalui credit growth,” ungkapnya.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang terus stabil di angka 5 persen, inflasi rendah, dan middle class yang terus tumbuh, memberikan daya tarik yang luar biasa. Semakin bayak infrastruktur yang terbangun menyebabkan halangan untuk investasi dalam hal infrastruktur makin teratasi.

Lingkungan industri seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Berikat (KB) dibentuk untuk semakin mendorong investasi ke Indonesia. “Sementara untuk mendorong ekspor kita akan terus dukung baik lewat sektor keuangan, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), dan kebijakan menjaga konsumsi rumah tangga maupun fiskal kita,” jelasnya.

Join The Discussion