Dikutip dari JawaPos.com – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) terus mendorong para peneliti Indonesia untuk produktif dan inovatif. Salah satunya lewat gelaran International Workshop For Journal Editors di Kabuapten Badung, Bali, Selasa (26/3).
Dalaam acara itu, Kemenristekdikti menandatangani nota kerja sama dengan Clarivate Analytics. Perusahaan asal Philadelphia, AS, yang bergerak di industri analisis penelitian ilmiah dan manajemen kekayaan intelektual.
Nantinya, perusahaan tersebut akan mendampingi para peneliti maupun dosen tanah air dalam menuliskan hasil penelitian ilmiahnya. Sehingga, dari sisi teknik penulisan dan isi mampu memenuhi kriteria layak dipublikasi internasional. Mengingat, Clarivate Analytics berintegrasi dengan database Web of Science.
“Kerjasama dengan Clarivate Analytics sangat penting. Selain kepentingan integrasi data, juga pendampingan terhadap jurnal ilmiah di Indonesia,” ucap Dirjen Risbang Kemenristekdikti Muhammad Dimyati kepada JawaPos.
Pria asal Solo itu menuturkan, sinergi dengan Clarivate Analytics merupakan upaya pemerintah untuk membangun koneksi peneliti tanah air dengan luar negeri. Imbasnya, bisa meningkatkan jumlah jurnal ilmiah Indonesia. Dimyati menargetkan 150 jurnal masuk indeks internasional sampai akhir tahun 2019.
“Dengan banyaknya jurnal Indonesia yang bereputasi internasional, maka biaya publikasi ke luar negeri dapat ditekan,” kata alumnus Kyoto University, Jepang itu.
Selain itu, lanjut Dimyati, publikasi jurnal ilmiah berperan sebagai syarat kenaikan jenjang jabatan bagi dosen. Khususnya, guru besar dan lektor kepala. Pada acara tersebut hadir 148 peserta terpilih dari 954 peneliti maupun dosen yang mendaftarkan jurnal ilmiahnya ke Kemenristekdikti.
Vice President and Head of Australasia and Southeast Asia Clarivate Analytics Jeroen Prinsen menuturkan, kerja sama tersebut merupakan langkah besar bagi Indonesia untuk meningkatkan kualitas peneliti dalam negeri. “Masih harus memperbanyak kolaborasi penelitian demi memperbaiki kualitas sumber daya manusia yang dimiliki,” tandas Prinsen.