News

Peneliti LIPI Tawarkan Solusi Pencemaran Citarum

Dikutip dari gatra.com, para peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menawarkan beragam solusi guna mengatasi pencemaran limbah plastik di Sungai Citarum. Salah satunya lewat bioplastik berbahan dasar singkong.

Peneliti LPTB LIPI Hanif Dawam Abdullah menyampaikan, limbah plastik menjadi persoalan yang pelik bagi lingkungan. Namun, bioplastik yang dikembangkan ini mudah terurai secara alami. Hanya membutuhkan waktu tak lebih dari satu bulan.

“Kalau plastik (konvensional) kan enggak (terurai), umurnya ratusan tahun juga akan tetap menjadi plastik. Limbah ini kemudian akan bisa ikut aliran air tanah dan ke laut. Ya sudah menjadi sampah di laut,” ujar Hanif di sela kegiatan Media Touring di Kantor LIPI, Kota Bandung, Senin (25/3).

Dia memaparkan LIPI telah mengembangkan bioplastik ini sejak dua tahun ke belakang. Cara kerjanya, singkong dapat menghasilkan pati yang merupakan polimer bahan plastik, yaitu polimer amilosa dan amilopectin.

Pada penelitian ini, LIPI tak sekadar membuat bioplastik, tetapi juga harus dapat menyiapkan produksi berskala industri. Karena itu, LIPI melakukan penelitian hingga berhasil menciptakan produk yang disebut pelet bioplastik.

“Kan kalau kita mau bikin plastik itu awalnya dari biji plastik. Kalau itu sudah bisa kita buat, ya ke depannya dari biji bioplastik itu akan diolah menjadi plastik,” katanya.

Hanya saja, untuk bersaing dengan plastik konvensional berbahan dasar minyak bumi memang ada kendalanya. Biaya produksi biolastik itu cenderung lebih mahal. Untuk harga kantong plastik konvensional misalnya, harga jualnya hanya sekitar Rp150-200 perlembar. Sedangkan plastik berbahan singkong harga jualnya bisa mencapai Rp1.000.

“Kalau kita bicara market tentunya sangat dipengaruhi oleh produksi. Produksinya semakin tinggi dia harga akan turun,” katanya.

Tak hanya bioplastik yang dikembangkan oleh LIPI sebagai solusi memelihara sungai. Mereka juga menciptakan toilet ramah lingkungan yang berbentuk kloset duduk. Alat ini dapat memisahkan kotoran padat dan cair yang dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kompos.

Untuk menampung kotoran padat, di bagian bawahnya terdapat semacam kotak penampungan yang sudah berisi serbuk kayu atau sekam. Sedangkan, pada bagian kanannya terdapat semacam tuas yang berfungsi mencampurkan kotoran dengan serbuk kayu atau sekam. Lalu, pada bagian depan terdapat penampungan khusus untuk kotoran cair atau urin.

“Toilet ini prinsipnya kayak blackbox. Jangan berpikir seperti WC biasa yang ada saluran air dan lain-lain. Jadi ini (kotorannya) enggak ke mana-mana,” ujar Peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih LIPI Neni Sintawardani.

Neni sampaikan, bila toilet ini digunakan oleh warga yang berdomisili di sepanjang Sungai Citarum, maka dampaknya akan efektif. Sebab, kotoran manusia tidak lagi dibuang melalui saluran sungai tersebut.

“Toilet ini sudah digunakan pula oleh warga di Kiaracondong (Bandung),” katanya.

Selain itu, ada beberapa teknologi lain yang dikembangkan peneliti LIPI. Salah satunya mengembangkan pengolahan limbah tahu menjadi biogas. Limbah tahu sendiri berperan dalam pencemaran Sungai Citarum. Meski rata-rata air limbah dari pabrik tahu dibuang ke sungai lain, ujung-ujungnya akan masuk juga ke Sungai Citarum.

Penelitian lain yang dikembangkan yaitu pengolahan limbah kotoran ternak menjadi biogas dan pupuk. Ada juga penelitian untuk memonitoring kualitas air Sungai Citarum berbasis green analytical chemistry (GAC). Monitoring itu akan mampu mengukur analisis residu pestisida, polutan logam, serta sensor kimia. Hal itu akan jadi salah satu acuan untuk mengatasi Sungai Citarum secara lebih komprehensif.

Berbagai penelitian itu perlu tindak lanjut dari pemerintah. Sebab, LIPI hanya sebatas punya kewenangan untuk melakukan penelitian. Untuk produksi teknologi atau peralatannya, itu merupakan ranah pihak lain, khususnya pemerintah.

Meski begitu, berbagai penelitian itu sudah disampaikan kepada berbagai pihak terkait. Harapannya, hasil penelitian para peneliti LIPI bisa dipakai dan dikembangkan oleh pemerintah serta berbagai pihak lain. Sehingga, mimpi melihat Sungai Citarum kembali bersih bisa diwujudkan.

 

Join The Discussion