Dikutip dari koran-jakarta.com – Penelitian di bidang kebencanaan sebagai salah satu program utama pemerintah tahun ini. Ini dilakukan sebagai upaya memetakan, mencari solusi, dan mencegah jatuhnya korban akibat bencana alam.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir, mengatakan Indonesia merupakan salah satu negara yang sering dilanda bencana alam. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sepanjang 2018, terjadi lebih dari 2.564 bencana alam. “Bencana alam ini tidak hanya mengakibatkan kerugian materiel, namun juga menimbulkan korban jiwa,” kata dia, saat peluncuran kerja sama riset kebencanaan Indonesia dan Inggris melalui program Newton Fund, di Jakarta, Kamis (7/2).
Dalam kerja sama tersebut, Kemristekdikti dengan Departemen Bisnis Energi dan Strategi Industri Inggris melalui Newton Fund mendanai tiga penelitian di bidang hidrometeorologi pada periode 2019–2021.
“Ada tiga proposol terpilih yang didanai bersama dengan total dana 31 miliar rupiah selama tiga tahun,” kata Nasir.
Ia menjelaskan, tiga penelitian itu dipilih dari 23 proposal penelitian yang dinilai oleh pihak Indonesia dan Inggris. Proses pemilihan penelitiannya dilakukan secara terbuka, transparan, dan kompetitif.
Nasir menuturkan dalam kerja sama penelitian itu, ilmuwan Indonesia dan Inggris akan berkolaborasi dalam riset berstandar tinggi. Tujuannya, untuk menghasilkan terobosan dalam kebencanaan, terutama dalam memahami dampak-dampak bencana terkait dengan air maupun lahan.
Hasil kolaborasi itu akan meningkatkan ketahanan dan kesiapan Indonesia dalam menangani perubahan iklim, termasuk melalui intervensi kebijakan maupun komunikasi potensi bencana yang efektif.
Tiga proyek penelitian terpilih tersebut adalah pertama, riset yang berjudul “Mitigating Hydro Meteorological Hazard Impacts Through Transboundary River Management in the Ciliwung River Basin”. Riset ini ditujukan untuk meningkatkan pengelolaan badan Sungai Ciliwung dan kepedulian masyarakat terhadap ancaman banjir.
Kedua, riset yang berjudul “Java Flood One”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prediksi banjir jangka menengah di beberapa pusat kota Pulau Jawa, termasuk Jakarta, Bandung, dan Surakarta.
Ketiga, penelitian berjudul “Extreme Rainfall and Its Effects on Flood Risk in Indonesia”. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi penyebab utama banjir di Indonesia dan strategi-strategi utama yang dapat memitigasi risiko bencana.
Komitmen Tinggi
Sementara itu, Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN dan Timor Leste, Moazzam Malik, mengatakan kolaborasi berskala internasional dan komitmen pendanaan akan memberikan dampak signifikan baik secara sosial maupun ekonomi.
Newton Fund, dalam kemitraannya dengan Kemristekdikti berkomitmen untuk mendanai riset-riset kolaborasi berskala internasional yang dapat memberikan kontribusi positif baik secara sosial maupun ekonomi.
Ia menuturkan dari total pendanaan sebesar 31 miliar rupiah untuk mendanai tiga riset itu, Inggris memberikan kontribusi sebesar 87 persen.
Menurut dia, bencana banjir dan longsor tidak hanya mengancam keberlangsungan hidup masyarakat, namun juga perkembangan ekonomi Indonesia. “Karena itu, ilmuwan terbaik Inggris dan Indonesia bekerja sama agar bisa membuat perubahan besar, serta menginspirasi ilmuwan muda,” kata Moazzam. (koran-jakarta.com)