Dikutip dari tek.id. Manusia kini mulai berbenah untuk kembali menjalani misi ke Bulan. Untuk itu, koordinator pendidikan di ESA (European Space Agency), David Green bersama Tobias Weber mengagas sebuah studi untuk meneliti efek jangka panjang gravitasi bulan terhadap tubuh manusia.
Perlu diketahui, tidak seperti di bumi, misi ke bulan (dan keluar angkasa lainnya) berpotensi menimbulkan masalah pada anatomi tubuh manusia. Hal ini terjadi karena perbedaan gravitasi yang bakal dialami oleh para astronot.
Manusia kini mulai berbenah untuk kembali menjalani misi ke Bulan. Untuk itu, koordinator pendidikan di ESA (European Space Agency), David Green bersama Tobias Weber mengagas sebuah studi untuk meneliti efek jangka panjang gravitasi bulan terhadap tubuh manusia.
Perlu diketahui, tidak seperti di bumi, misi ke bulan (dan keluar angkasa lainnya) berpotensi menimbulkan masalah pada anatomi tubuh manusia. Hal ini terjadi karena perbedaan gravitasi yang bakal dialami oleh para astronot.
Sejak 1970, sejumlah peneliti sudah mencoba mengatasi masalah gravitasi nol dalam misi di stasiun luar angkasa. Tidak adanya gravitasi ternyata berdampak letal bagi manusia. Kurangnya gravitasi bisa mengakibatkan pengeroposan tulang, gangguan pernapasan dan berdampak buruk pada sinus. Belum lagi dampak lain seperti gangguan indera pengecap, penglihatan, otak bahkan sistem kekebalan manusia.
Banyaknya permasalahan tersebut kerap menimbulkan keraguan bagi kelangsungan hidup manusia di luar angkasa tanpa adanya gravitasi buatan. Berkaitan dengan hal tersebut, ESA khawatir bahwa gravitasi rendah bulan pun akan memberikan dampak yang sama bagi tubuh astronot.
Untuk melakukan hal itu, ESA menggelar penelitian sejak 2017. Penelitian tersebut menggunakan alat treadmill yang disusun secara vertikal. Kemudian, berat tubuh astronot akan dikurangi sekitar 5-6 kali dengan menggunakan sejumlah tali. Dengan cara ini, para peneliti mampu mempelajari bagaimana dampak aktivitas melompat di gravitasi rendah bulan.
Hasilnya cukup melegakan. Ternyata aktivitas melompat pada kondisi gravitasi rendah di bulan memiliki beban yang sama seperti berjalan dan berlari di bumi. Sayangnya, penelitian ini belum memungkinkan lompatan dengan skala yang lebih besar. Padahal hal itu bisa saja terjadi di bulan.
Ke depannya, penelitian selanjutnya akan dilakukan di Houston. Sistem yang berada di Houston dikatakan mempermudah melakukan penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas dan memberi pemahaman lebih baik tentang pengaruh gravitasi rendah pada tulang manusia.