News

Peneliti Indonesia Temukan Cara Baru Memperpanjang Usus

Jakarta, – Peneliti muda Indonesia menemukan cara memperpanjang usus pasca-pemotongan akibat penyakit chron’s disease atau radang usus kronis.

Chron’s disease merupakan penyakit yang menyebabkan terjadinya peradangan pada seluruh lapisan dinding sistem pencernaan dari mulut hingga anus. Pada kebanyakan kasus, sekitar 70 persen, radang itu terjadi pada usus kecil. Radang itu tepatnya terjadi pada bagian ileum atau usus penyerapan.

Saat ini, diperkirakan 1 juta orang di dunia mengidap penyakit ini. Sebanyak 70 persen di antaranya memerlukan operasi pemotongan usus dan 39 persen pasien harus menjalani operasi pemotongan usus lanjutan dalam kurun waktu 8-10 tahun.

Akibatnya, panjang usus menjadi berkurang atau dikenal dengan short bowel syndrome (SBS). Sindrom ini memunculkan masalah lain seperti malnutrisi, malabsobsi, gangguan elektrolit, hingga kematian.

Untuk mengatasi masalah ini, peneliti muda Indonesia, Sasza Chyntara Nabilla, yang masih berusia 25 tahun, membuat material terbarukan untuk mengembangkan jaringan baru di usus. Dengan kata lain, Sasza menemukan cara untuk memperpanjang usus.

Penelitian ini merupakan bagian dari program doktor yang sedang ditempuh Sasza di Department of Materials, University of Oxford. Penelitian ini dilakoni Sasza dengan bantuan ahli bedah Imperial College London dan Leeds Hospital.

Selama ini, metode perpanjangan usus lumrah dilakukan dengan menggunakan perangkat mekanik yang ditanamkan pada usus dan menariknya hingga memanjang. Namun, proses itu terasa menyakitkan dan dianggap kerap tak sesuai target.

Dalam penelitian ini, Sasza menggunakan polimer jenis hydrogel sebagai material yang digunakan untuk memperpanjang jaringan usus.

“Saya menawarkan solusi dengan hydrogel yang dapat mengembang sendiri tanpa injeksi atau inflasi manual,” ujar Sasza saat mempresentasikan penelitiannya dalam diskusi The Oxford Society of Indonesia di Universitas Atmajaya, Jakarta, Rabu (9/1).

Sasza menggunakan hydrogel berjenis VP/MMA, bahan yang sama yang digunakan sebagai bahan dasar lensa kontak. Bahan ini lalu diolah sehingga aman untuk usus dan tubuh manusia.

Alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini menjelaskan bahwa hydrogel itu nantinya bakal diimplan ke dalam usus. Hydrogel yang akan mengembang dengan sendirinya itu lalu dibiarkan di dalam tubuh selama satu hingga dua pekan untuk memacu pertumbuhan jaringan usus baru.

“Ada dua opsi setelah diimplan, yaitu hydrogel bisa hilang dengan sendirinya atau diangkat kembali melalui bedah. Ini masih diteliti,” tutur Sasza.

Sasza menyebut, hydrogel yang awalnya memiliki panjang 10-20 sentimeter dapat memanjang hingga dua kali lipat di dalam usus.

Kendati demikian, penelitian yang dilakukan Sasza saat ini masih berada pada tahap proses pengembangan material hydrogel. Setelahnya, dia akan melakukan tes pada binatang yang ditargetkan bakal dilakukan pada tahun ini, sebelum akhirnya diuji pada manusia. Dia optimistis hydrogel bisa dipasarkan secara global pada 2020 atau 2021.

“Produk ini bahannya mudah dan gampang digunakan sehingga sangat mungkin untuk dipasarkan. Ini sangat menjanjikan,” ujar Sasza. (cnnindonesia.com)

Join The Discussion