News

Pusat Studi Gempa Nasional Sebut Ada Sekitar 48 Sesar atau Sumber Gempa di Pulau Sulawesi

Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah tercatat sebagai daerah rawan gempa karena memiliki aktivitas tektonik tertinggi di Indonesia.

Pasalnya, di Kota Palu terdapat patahan kerak Bumi (sesar) berdimensi cukup besar yang dikenal dengan nama sesar Palu-Koro.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengatakan bahwa aktifnya patahan Palu-Koro menjadi penyebab getaran gempa berkekuatan 7,4 yang melanda Kabupaten Donggala di Sulawesi Tengah.

Patahannya adalah patahan di kerak bumi yang membentang 500 kilometer dari Selat Makassar ke Pantai Utara Teluk Bone.

Sesar ini seolah membelah Pulau Sulawesi menjadi dua.

Sebenarnya, sesar ini sudah lama menjadi kekhawatiran di Sulawesi Tengah.

Sesar Palu Karo adalah patahan darat terpanjang kedua di Indonesia setelah patahan besar Sumatera.

Pulau Sulawesi terbentuk dari tiga lempeng besar yang saling bertumbukan.

Lempeng tersebut adalah lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik.

Dalam Peta Sumber Gempa Nasional yang disusun Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen) tahun 2017, setidaknya ada 48 sesar atau sumber gempa di Pulau Sulawesi.

Sesar di Sulawesi sebagian besar melintasi kota padat penduduk, seperti Palu, dilansir dari straitstimes.co, Senin (1/10/2018).

Hal ini seperti yang terdapat pada disertasi Mudrik Rahmawan, seorang peneliti gempa dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berjudul Palaeoseismologi Tropis Indonesia (2006), dikutip dari Kompas.

“Sebagian sesar melintas di kota padat. Berdasarkan ancamannya, yang perlu dikhawatirkan adalah Kota Palu yang dilalui Sesar Palu Koro di segmen Palu dan segmen Saluki,” kata Mudrik.

Pergeseran sesar diyakini menjadi pemicu gempa besar yang melanda Jumat lalu (28/9/2018).

“Peta geologi Sulawesi Tengah terdiri dari bebatuan yang berusia antara 10 ribu dan satu juta tahun. Tapi dalam proses pembusukan, menyebabkan guncangan menjadi lebih kuat,” kata Kepala Mitigasi Gempa, Dr Sri Hidayati, pada Sabtu(29/9/2018).

Dr Sri, yang terlibat dalam penyusunan Peta Gempa Indonesia 2017 mengatakan, sesar Palu Koro dikatakan aktif karena pergerakannya berkisar antara 30mm dan 44mm per tahun.

Dia menambahkan, timnya telah mengirim peta gerakan tanah rawan ke pemerintah lokal nasional.

Sri Hidayati menyarankan agar pemerintah daerah memanfaatkan peta geologi sebagai titik referensi untuk menerapkan kebijakan terkait pemanfaatan lahan dan pengembangan tata ruang, serta pembangunan infrastruktur yang tahan gempa.

“Kami berharap pemerintah daerah menggunakan peta (geologi) sebagai satu pertimbangan untuk perencanaan tata ruang di daerah masing-masing. Jika ada patahan aktif, jangan diberi izin mendirikan bangunan,” tegasnya.

Indonesia yang berada di kawasan yang disebut Ring of Fire menjadi negara paling rawan bencana di dunia.

Peta gempa nasional tahun 2017 mengungkapkan, jumlah patahan aktif di seluruh negeri telah meningkat dari 81 menjadi 295 sejak 2010. (http://manado.tribunnews.com)

Join The Discussion