Deteksi dini untuk penyakit kanker masih sulit dilakukan. Beberapa pengidap kanker bahkan didiagnosis saat sudah di stadium yang tidak lagi ringan.
Dikutip dari Newsweek, Jumat (17/08/2018), sekelompok peneliti dari Universitas Copenhagen, berhasil menemukan metode baru untuk mendeteksi kanker, yakni menggunakan protein malaria.
Studi yang terbit di Nature Communications Kamis (16/08/2018), mengungkap bahwa protein malaria mempunyai kemampuan unik untuk mendeteksi kanker pada tahap awal.
“Kami telah mengembangkan metode di mana kami mengambil sampel darah, dan dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, kami dapat mengambil sel-sel kanker individu dari darah,” jelas Ali Salanti, penulis utama dalam studi ini.
“Kini kami dapat memperoleh sel kanker dalam jumlah yang lebih besar dibanding metode sebelumnya. Metode ini menawarkan kesempatan untuk mendeteksi kanker lebih awal dan meningkatkan hasil,” tambahnya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker menjadi penyakit yang menyebabkan kematian terbanyak kedua di dunia atau sekitar 8,8 juta orang meninggal per tahun karena kanker.
Meskipun telah banyak langkah yang dilakukan dalam beberapa dekade terakhir, penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk dapat mengatasi berbagai jenis kanker.
Untungnya, penelitian yang dilakukan Salanti ditujukan tidak hanya kepada satu jenis kanker.
“Anda dapat menggunakan metode ini untuk mendiagnosis (kanker) secara luas, karena (metode) ini tidak tergantung pada satu jenis kanker. Kami sudah mendeteksi berbagai jenis sel kanker dalam sampel darah,” ujar Salanti.
“Dan jika ada sel kanker dalam darah Anda, Anda pasti memiliki tumor di suatu tempat di tubuh Anda,” imbuhnya.
Sebelumnya, para ahli atau tim medis mendeteksi kanker di dalam darah dengan tanda yang ditunjukkan sel tumor. Namun, tidak semua sel tumor dapat menunjukkan tanda awal dengan metode tersebut. Beberapa jenis kanker ada yang bisa lolos dari deteksi.
Kini, Salanti dan timnya yakin bahwa protein malaria VAR2CSA dapat menggantikan metode lama tersebut.
Protein malaria VAR2CSA yang menempel pada molekul gula dan ditemukan di lebih dari 95 persen dari semua sel kanker.
Untuk menguji metode ini, Salanti dan tim memasukkan 10 sel kanker ke dalam sampel darah. Dengan menggunakan protein malaria VAR2CSA, mereka mampu mendeteksi kembali sembilan dari 10 sel kanker.
“Kami menghitung jumlah sel kanker, dan berdasarkan itu, kami dapat membuat langkah selanjutnya. Anda dapat, mengubah treatment yang diberikan jika ternyata jumlah sel tumor yang ada tidak berubah selama pasien menjalani perawatan,” ungkap Mette Ørskov Agerbæk rekan Salanti.
Lebih lanjut Agerbæk mengatakan, protein malaria ini juga dapat membantu untuk perencaaan perawatan pasien. Dengan mengambil sampel sel kanker hidup, ia yakin dapat mengembangkan dan teknik perawatan apa yang tepat untuk diberikan kepada pasien.