Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah terus melakukan akselerasi penerapan hasil penelitian dan pengembangan bagi industri kecil dan menengah atau IKM agar mampu menghasilkan produk berdaya saing.
Di samping itu, penerapan e-smart bagi IKM perlu diperluas guna melakukan penetrasi pasar tetapi menghemat biaya promosi.
“IKM merupakan salah satu sumber ekonomi penting bagi Indonesia serta negara-negara yang tergabung dalam Colombo Plan. Kini, saatnya melakukan akselerasi penerapan hasil riset untuk pengembangan IKM,” kata Direktur Jenderal IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih, Kamis.
Dia menjelaskan hal itu saat membuka acara program Kerja Sama Teknik Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) bertema Capacity Building Program on Enhancing the Development of Small and Medium Industry.
Program yang berlangsung pada 18 Juli – 30 Juli 2018 di Jakarta dan Bandung itu diikuti oleh 20 peserta dari negara-negara anggota Colombo Plan antara lain Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, India, Laos, Myanmar, Nepal, Pakistan, Sri Lanka, dan Indonesia.
Menurut Gati, IKM negara anggota Colombo Plan harus saling mengisi dan saling belajar untuk pengembangan usaha.
“IKM tidak lagi bisa dikelola secara tradisional, terutama untuk pengembangan produk dan promosi karena membutuhkan biaya besar,” tegasnya.
Di Indonesia, misalnya IKM mutlak mengikuti ketentuan revolusi industri 4.0. Sebaliknya, penerapan industri 4.0 tidak terlepas dari riset dan pengembangan. Hasil riset yang bisa diterapkan oleh IKM, seperti teknik pencelupan kain dan penggunaan warna untuk tekstil.
Menurutnya, untuk beberapa hal sejumlah IKM anggota negara Colombo Plan bisa belajar dari Indonesia. Sebaliknya, Indonesia juga perlu belajar dari IKM Thailand yang dikenal sangat fokus dalam usahanya.
Acara yang didukung oleh Kementerian Sekretariat Negara dan Sekretariat Colombo Plan tersebut akan menggelar sejumlah agenda.
Peserta antara akan diperlihatkan upaya Indonesia dalam mengembangkan IKM melalui Penelitian dan Pengembangan (R & D) oleh lima Balai Besar Kementerian Perindustrian di Bandung yaitu Balai Besar Tekstil, Balai Besar Logam dan Mesin, Balai Besar Pulp dan Kertas, Balai Besar Bahan dan Barang Teknik, dan Balai Besar Keramik.
Program pelatihan yang dilaksanakan di Jakarta merupakan sesi kelas yang menghadirkan berbagai narasumber dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Sekretariat Negara, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat dan Lembaga Pengembangan Ekspor Indonesia.
“Saya harap pelatihan yang diberikan tahun ini akan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya R & D pada pengembangan industri kecil dan menengah dan semoga upaya kita dalam Kerjasama Selatan-Selatan dapat menghasilkan persahabatan yang kuat dan saling menguntungkan, terutama dengan negara-negara anggota Colombo Plan,” ungkap Gati.
Adapun, di Kota Bandung para peserta melaksanakan workshop membuat kain jumputan di Balai Besar Tekstil dan menjajal mesin CNC buatan Balai Besar Logam dan Mesin. Selain itu dilakukan kunjungan ke Balai Besar Pulp dan Kertas untuk melihat proses daur ulang kemasan aseptik, serta ke Balai Besar Bahan dan Barang Teknik untuk pengembangan baterai lithium ion dan proses layanan dengan menggunakan prinsip IoT.
Peserta juga akan diajak mini workshop membuat hiasan keramik di Balai Besar Keramik. Tak hanya mengenai R&D, peserta juga akan berkenalan dengan IKM di kota Bandung dan Cimahi yaitu Batik Komar serta Bandrek Hanjuang, Matoa Indonesia, dan Elina Keramik.
Untuk memperlihatkan kemajuan Indonesia dalam hal kedirgantaraan dan pengembangan startup inkubator, peserta dijadwalkan berkunjung ke PT Dirgantara Indonesia dan Bandung Techno Park.
Tak lupa, para peserta yang semuanya berasal dari Asia tersebut akan diperkenalkan dengan sejarah dan budaya Jawa Barat dengan mengunjungi Museum Konferensi Asia Afrika dan Saung Angklung Udjo.