KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Industri rumput laut Indonesia masih mengutamakan ekspor bahan mentah yang diolah sederhana. Padahal, terdapat potensi yang besar bila pengusaha mau mengucurkan dana investasi untuk mengembangkan variasi turunan produk rumput laut.
Farid Ma’ruf Ketua Komisi Rumput Laut Indonesia menjelaskan industri rumput laut Indonesia masih terjebak pada pengolahan sederhana yang tidak banyak memberi nilai tambah pada bahan mentah rumput laut. Pada karena pengusaha tidak tertarik untuk menganggarkan investasi pada bidang riset.
“Produk industri rumput laut daya saingnya memang kalah, karena teknologinya tidak pernah memanfaatkan inovasi karena tidak ada research and development-nya,” kata Farid saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (21/6).
Padahal bila berkaca pada negara Filipina yang juga memiliki ekspor rumput laut, dan pada China yang menjadi eksportir utama komoditas tersebut, tim riset memiliki posisi yang sangat penting.
Apalagi rumput laut Indonesia secara resmi tetap bertahan dalam daftar organik produk yang diakui oleh badan Food and Drug Administration (FAO) sehingga akan sangat disayangkan bila Indonesia tidak mengambil peluang ini untuk mengembangkan nilai lebih pada produk rumput laut.
Menurut Farid kini terdapat sekitar 33 pabrik pengolahan rumput laut yang masih dijalankan secara tradisional. Sebelumnya pemerintah sudah memiliki program menjalin kerjasama untuk menjalin peneliti dengan pengusaha. Namun, program tersebut belum berjalan sesuai harapan Farid karena perkembangan turunan produk rumput laut masih mandeg.
“Swasta masih sering lihat riset sebagai beban, maka susah untuk dilanjutkan,” kata Farid.