SURABAYA – Mahasiswa semester 6 Prodi Sistem Komputer Stikom Surabaya menggelar pameran karya mata kuliah aplikasi sistem tertanam, Selasa, (22/5).
Puluhan mahasiswa menempati stand-stand yang tersedia untuk menunjukkan karyanya di selasar gedung Stikom Jalan Raya Kedung Baruk 98, Surabaya.
mereka akan menjelaskan fungsi dan bagaimana cara membuat karya tersebut kepada mahasiswa maupun dosen penguji yang mendatangi standnya.
“Ini adalah hasil belajar mahasiswa dalam satu semester, salah satu tugas mahasiswa adalah menggelar pameran karya seperti ini,” kata Harianto selaku Dosen aplikasi sistem tertanam.
Harianto melanjutkan, di awal semester ia telah memberikan tugas kepada mahasiswa untuk membuat suatu karya yang dapat menyelesaikan masalah.
“Saya memberi tugas kepada mereka untuk mencari permasalahan yang ada di masyarakat. Lalu mencari solusinya dengan membuat suatu karya,” ujarnya.
Para mahasiswa semester 6 membuat berbagai macam karya, di antaranya kompor otomatis, sistem kunci pintu rumah, robot pengukur jarak, alat bantu tunanetra untuk mengetahui tanggal dan waktu. Sebelumnya, para mahasiswa harus melalui proses pengumpulan proposal karya.
“Harus di acc dulu sebelumnya. Karena kami juga mengkroscek apakah benar, masalah yang saat ini dirasakan masyarakat benar seperti itu atau tidak,” katanya.
Setelah mendapatkan persetujuan dari dosen, para dosen juga tak lepas tangan, mereka akan membimbing memberikan saran kepada mahasiswa. “Kami tetap mengarahkan mahasiswa,” ucap Harianto.
Harianto menjelaskan, karya dari mahasiswa semester 6 sistem komputer ini dibuat dengan harga yang cukup murah.
“Kami mematok harga Rp 300.000 untuk membuat karya ini. Semua karya mahasiswa ini dibuat dengan harga yang terjangkau,” sebutnya.
Ia melanjutkan, penilaian karya bukan dari yang paling murah, melainkan juga pengetahuan mahasiswa akan karya yang telah dibuat. Setiap karya dibuat oleh tiga mahasiswa
“Kami menilai dari segi kelompok, individu, dan pengetahuannya. Apakah mereka benar benar paham dan ikut bekerja dalam membuat karya tersebut,” terangnya.
Salah satu mahasiswa, Anan PP Abseno mengungkapkan, ide karya alat bantu tunanetra untuk mengetahui tanggal dan waktu muncul secara spontan.
“Kami berfikir bahwa tunanetra juga berhak mengetahui tanggal dan waktu. Akhirnya kami membuat karya jam berbicara,” kata Anan.
Jam berbicara memiliki bentuk persegi panjang dengan 3 tombol berwarna hijau. Setiap tombolnya digunakan untuk memberikan informasi jam dan tanggal.
“Ketika tombol itu ditekan akan otomatis mengeluarkan suara petunjuk jam dan tanggal yang tersambung dengan headset,” jelas Anan.
Ia melanjutkan, alat tersebut dibuat dengan kocek Rp 100 ribu. Bahan-bahannya pun mudah dicari di toko elektronik. Ia dan kelompoknya berhasil menyelesaikan karya tersebut hanya dengan kurun waktu seminggu saja
“Alat tersebut terbuat dari AT Mega 8 sebagai mikro kontrol dan suaranya kami menggunakan DF player,” pungkasnya.
Ke depan ia akan mencoba membut karya tersebut kembali dan membagikannya kepada orang orang yang membutuhkan khususnya bagi tunanetra. (SURYA.co.id)