JAKARTA – Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) melalui Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan (Ditjen Risbang) mendorong Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman mendirikan unit Pusat Genom Nasional untuk meningkatkan daya saing bangsa.
Saat ini riset di bidang biologi molekuler memasuki era baru melalui sederet perkembangan teknologi, khususnya ‘Next Generetion Sequencing’ (NGS) untuk pembacaan genom total (whole genome analisis).
Beberapa contoh dari aplikasi NGS antara lain analisis genetik spesies manusia purba, identifikasi kaitan genetik dengan penyakit metabolik untuk pengobatan presisi melalui prediksi penyakit berbasis variasi genom (pharmacogenomics), penemuan obat baru (drug discovery), serta penelitian untuk kepentingan konservasi keanekaragaman hayati.
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan teknologi NGS untuk pembacaan genom dapat dimanfaatkan untuk mengentaskan masalah ‘stunting’ di Indonesia. Riset tersebut juga bisa mengidentifikasi daerah-daerah mana saja yang berpotensi terjadi stunting.
Nasir menambahkan dengan berdirinya Pusat Genom Nasioal akan semakin menambah kelengkapan infrastruktur riset yang dimiliki Indonesia saat ini, berupa laboratorium yang maju dalam bidang biologi molekuler, serta dapat memajukan riset nasional dalam bidang kesehatan, khususnya biologi molekuler.
“Dengan kita memiliki pusat genom nasional kita dapat mengetahui kondisi kesehatan manusia di Indonesia dengan lebih baik, sehingga masalah kesehatan tersebut dapat kita selesaikan secara tepat dan signifikan. Dari hasil penelitian ini nanti kita bisa bekerjasama dengan berbagai institusi seperti Kementerian Kesehatan hingga perusahaan asuransi kesehatan.” jelas ujarnya saat meresmikan Pusat Genom Nasional di Lembaga Biologi Molekular (LBM) Eijkman, Jakarta, Kamis (26/4/2018) dalam keterangan tertulis.
Kepala LBM Eijkman, Amin Soebandrio, menyampaikan pentingnya pengetahuan mengenai genom, yang memiliki nilai strategis bukan hanya bagi ranah ilmiah, melainkan juga dunia komersil dan keamanan (biosecurity).
“Saat ini banyak laboratorium di luar negeri yang menerima analisis genom, sehingga bila sampel dikirimkan ke sana maka data akan menjadi milik mereka. Data ini dapat digunakan untuk pengembangan obat berdasarkan profil genetik suatu populasi, bahkan bisa juga disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, Indonesia harus mempunyai kemampuan dalam hal kajian genomik secara mandiri,” tegasnya. (Bisnis.com)