JAKARTA – Demi meningkatkan efektivitas dalam sosialisasi kesehatan jantung, PERKI mengadvokasi kebijakan pemerintah melalui kajian studi.
Dalam sambutannya di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Jum’at (20/4/2018), Ketua Umum PERKI dr. Ismoyo Sunu menyatakan, PERKI telah melakukan studi untuk menekan faktor risiko penyakit kardiovaskular.
“PERKI juga sekali ini, juga melakukan suatu kegiatan studi untuk perbaikan pengendalian faktor resiko, jadi sekarang ini kita berprioritas pada pelayanan, tetapi kalau pasiennya terlalu banyak, yang sakit jantung terlalu banyak, ya kan menyebabkan masalah besar,” ujar dr. Ismoyo.
Studi tersebut dilakukan PERKI bekerjasama dengan Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di dua provinsi.
“Oleh sebab itu, perlunya, PERKI melakukan studi pada masyarakat, di provinsi, dengan beban penyakit kardiovaskuler tertinggi di Indonesia, yaitu Bangka Belitung dan Sulawesi Selatan. Studi ini merupakan kerjasama PERKI dengan WHO,” lanjutnya.
Hasil studi itu juga nantinya, akan menjadi bentuk aksi nyata PERKI dalam mengadvokasi kebijakan pemerintah.
“Proyeksi kedepannya, hasil studi itu nanti, akan jadi bentuk advokasi kebijakan kepada pemerintah,” tegas dr. Ismoyo. (TRIBUNNEWS.COM)