Jakarta — Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) yang didukung Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) merilis hasil temuan tim Evidence Summit terkait angka kematian ibu dan bayi baru lahir.
Namun harus diakui bahwa tim riset menemui beberapa kendala, salah satunya data.
Menanggapi hal ini, Menkes RI Nila Farid Moeloek mengungkapkan sulitnya mengumpulkan ribuan data, menyaringnya kemudian mendapat 71 data valid untuk menyusun sebuah laporan. Ia memberikan usul agar hasil temuan tim dibahas secara mendalam dalam sebuah pertemuan.
“Bisa mendorong Menristekdikti dan juga fakultas. Lakuin ini dong risetnya jangan B tapi A misalnya. Jangan B terus,” kata Nila usai pemaparan temuan Evidence Summit di gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Rabu (28/3).
Ia berharap dengan didorongnya Menristekdikti dan fakultas untuk kolaborasi, akan muncul riset-riset yang mendukung kajian atau temuan angka yang dicari. Dalam hal ini terkait angka kematian ibu dan bayi baru lahir.
Di sisi lain, ketua tim periset Evidence Summit, Akmal Taher mengatakan pihaknya sempat menemui kendala saat mencari bukti atau evidence tentang tata pamong pemerintah daerah atau lokal terkait kebijakan kesehatan.
“Ada 700 tesis di universitas yang tidak dipublikasi, tapi kami tidak melihat ada yang menyangkut pemerintah daerah,” ujarnya.
Menurut Akmal, jika terdapat riset menyangkut pemerintah daerah, maka hal ini dapat membantu tim merumuskan rekomendasi bagi para pemangku kepentingan. Apalagi jika terdapat contoh pemerintah daerah yang bagus dalam mengelola kebijakan terkait kesehatan, maka ini baik untuk diambil sebagai pelajaran.
Evidence Summit bertujuan untuk menemukan bukti relevan dan ilmiah tentang angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Temuan faktor penentu angka kematian, intervensi dan penelitian terkait dikumpulkan dan digunakan untuk rekomendasi kebijakan. Harapannya nantinya akan terdapat kebijakan yang berpijak pada data ilmiah.
AIPI pun mengusulkan agar Kemkes membentuk Komite Nasional Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir. Komite ini dirasa perlu sebab kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan akan menurunkan angka kematian. Selain itu, berbagai upaya telah dilakukan tetapi angka kematian ibu dan bayi baru lahir tak menemukan titik terang.
Berdasarkan evaluasi MDGs pada 2015, capaian Indonesia cukup jauh dari target yakni 305 dari 100 ribu ibu melahirkan. Padahal targetnya 102 per 100 ribu. Sedangkan kematian bayi baru lahir stagnan dalam sembilan tahun terakhir yakni 20 per seribu bayi lahir pada 2003 dan 19 dari seribu bayi lahir pada 2012.
“Kami melihat ada enam penyebab utama kematian ibu dan bayi baru lahir yakni, kualitas layanan, sistem rujukan, faktor JKN, pengaruh peranan Pemda, faktor budaya, dan pernikahan dini,” kata Akmal. (CNN Indonesia)