Yogyakarta – Universitas Islam Indonesia (UII) menilai potensi riset dan penjualan produk halal Indonesia di luar negeri sangat besar. Untuk menggarap potensi itu, UII menggandeng Halal Science Center, Chulalongkorn University (HSC-CU).
Kerjasama UII Yogyakarta dengan HSC-CU telah berjalan selama 3 tahun. Penandatanganan MoU antara keduanya pada Selasa (20/2/2018) menjadi bentuk keberlanjutan kerjasama.
“Sudah 3 tahun (UII bekerjasama dengan HSC-CU) dan kita lanjutkan untuk hari ini,” ujar Direktur Marketing dan Kerjasama UII Yogyakarta, Hangga Fathana kepada wartawan di sela kunjungan tim UII di Thailand, Selasa (20/2/2018).
Hangga mengatakan pihaknya terinspirasi dari bagaimana HSC-CU memadukan ilmu pengetahuan secara teknis dengan nilai-nilai Islam dengan kepentingan yang lebih besar.
“Misalnya Thailand memberi fasilitas untuk meningkatkan perdagangan produk halalnya hingga Timur Tengah. Indonesia dengan negara mayoritas penduduknya muslim memiliki potensi itu,” jelasnya.
UII kini telah memiliki laboratorium yang sudah tersertifikasi. Namun, kata Hangga laboratorium ini belum memiliki kelembagaannya, dan kesadaran tentang persaingan dengan produk halal lain misalnya dari Thailand.
Inkubator lembaga riset halal H-TREND di UII berdiri pada 2016 lalu. Pengelolaan laboratorium ini berada di bawah Fakultas Kedokteran UII.
“Kami ingin, memastikan di akhir bisa memberikan kontribusi meningkatkan produk halal yang berpotensi meningkatkan perekonomian kita,” imbuhnya.
Dalam sambutannya, Rektor UII, Nandang Sutrisno SH, M Hum, LL.M, PhD menjelaskan pada kerjasama sebelumnya, kedua pihak bersepakat untuk bekerjasama dalam bidang akademik, penelitian dan kajian terutama dalam ilmu halal.
Keduanya juga terlibat dalam pertukaran mahasiswa dan staf, juga dalam pengembangan sumber daya manusia yang ada pada kedua universitas.
“Sebagai institusi pendidikan tinggi,universitas memiliki peran penting dalam menopang laju trend halal di dunia. Hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya populasi Muslim di dunia sehingga produk halal akan menjadi faktor kunci dalam masyarakat kita,” jelasnya.
Terlebih, lanjut Nandang, Indonesia merupakan negara dengan mayoritas muslim dan kini Thailand menjadi negara dengan kunjungan turis terbanyak tahun 2017. Sehingga penting untuk memastikan bahwa setiap produk konsumen di pasar kita telah memenuhi standar halal, yang disahkan oleh badan pemerintah.
“Dalam hemat kami, penandatanganan MoU kita ini akan menjadi aset yang memiliki arti dan strategi bagus bagi kedua belah pihak untuk meningkatkan tren halal didunia Internasional. Dengan adanya keunggulan di bidang masing-masing, kami yakin kita bisa saling menguatkan satu sama lain dan bisa saling berbagi pengetahuan, bertukar gagasan serta pengalaman tentang praktik penerapan standar halal di kedua negara,” urai Nandang.
Dalam kesempatan yang sama, pendiri Halal Science Center Chulalongkorn University, Prof Dr Winai Dahlan menyampaikan bahwa halal bukan hanya untuk umat muslim.
Dia juga menjelaskan secara singkat tentang halal science yang banyak dipertanyakan sejumlah pihak.
“Halal science adalah bagaimana Anda menjelaskan tentang halal, dan bagaimana cara Anda untuk melakukan riset tentang halal. Kita punya standar tentang halal dan kemudian diimplementasikan oleh perusahaan atau produsen,” jelasnya.(detik.com)