News

Walets Borneo: Riset Energi Terbarukan Perlu Insentif

BALIKPAPAN-Lambatnya pertumbuhan kontribusi energi terbarukan terhadap pasokan energi nasional dan regional Kalimantan Timur menjadi atensi organisasi Walets (Wadah Aspirasi Lintas Etnis) Borneo Kaltim.

Ketua Umum Walets Borneo Simon Jaang berpandangan pengembangan energi terbarukan kian penting, mengingat seluruh dunia sudah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon, menerapkan ekonomi hijau, dan mengurangi kemiskinan yang berujung pada pembangunan berkelanjutan.

Terlebih lagi, kata Simon, sejak 2010 Provinsi Kaltim memiliki visi pembangunan hijau dan telah mendeklarasikan Green Growth Compact (CGC) untuk mewujudkan Kaltim sebagai provinsi hijau.

Sayangnya, imbuh Simon, visi mewujudkan ekonomi hijau masih berjalan lambat. Pertumbuhan kontribusi energi terbarukan secara nasional hanya bergerak pada angka 6 persen pada tahun 2014 menjadi hanya 7 persen pada tahun 2016. Padahal, kebijakan energi nasional yang menetapkan target ambisius untuk porsi energi terbarukan dalam bauran energi nasional sebesar 23 persen pada tahun 2025 dan meningkat menjadi 31 persen pada tahun 2050.

“Melihat fakta tersebut, Walets mencoba concern pada persoalan energi terbarukan melalui pembinaan industri teknologi tepat guna,” kata Simon lantas menjelaskan pembinaan tersebut dilakukan oleh Divisi Riset dan Teknologi Walets.

Bentuk konkret pembinaan tersebut terlihat di bengkel inovasi yang berada di Jalan Soekarno-Hatta Km 15, Balikpapan Utara. Dari tangan-tangan dingin anak muda Kaltim, telah tercipta beragam produk inovatif seperti instalasi pengolahan air (IPA) portable, kompor gasifikasi berbahan baku biomasa, mesin-mesin pertanian, dan mesin penyulingan bioethanol.

“Bengkel inovasi juga sedang melakukan riset dalam mengatasi permasalahan krisis air bersih. Riset desalinasi air laut sedang dikembangkan dengan konsep terbaru yakni electro dialysis system yang jauh lebih murah dibandingkan reverse osmosis,” jelas Simon.

Menurut Simon, desalinasi air laut dengan konsep electro dialysis system sangat cocok dikembangkan  pada daerah-daerah minim sumber air tawar seperti Bontang dan Balikpapan. Tak hanya itu, Walets Borneo juga sedang meriset pemberdayaan pesantren-pesantren agar bisa bersaing dalam bidang ekonomi yang prorakyat. Seperti program pertanian dan peternakan terintegrasi berbasis teknologi. “Sehingga pesantren ikut berperan dalam mempercepat pembangunan ekonomi Kaltim,” ujarnya.

Simon mengatakan dari sisi perencanaan, Kaltim  perlu melakukan terobosan dengan mendekatkan kawasan industri ke sumber-sumber energi terbarukan.

“Komitmen saja tidak cukup. Visi ekonomi hijau memerlukan koordinasi antarlembaga untuk menghasilkan kebijakan yang komprehensif. Kaltim memerlukan itu,” ujarnya usai pengukuhan pengurus Walets Cabang Balikpapan yang diketuai Lorensius Lian di Hotel Hakkaya, Balikpapan, Sabtu (3/2) pekan lalu.

Simon berharap, siapapun pemimpin Kaltim ke depan harus memiliki kebijakan yang pro terhadap pemikiran dan kreativitas energi terbarukan. Sebab, Kaltim memiliki potensi energi terbarukan yang melimpah.

“Kaltim kaya akan energi bersumber biomasa. Sudah seharusnya potensi ini dimanfaatkan untuk rakyat Kaltim. Pemerintah perlu memberi insentif terhadap riset energi terbarukan,” ujarnya. (PROKAL.CO)

Join The Discussion