JAKARTA – Alokasi dana untuk penelitian kelapa sawit naik 10 persen pada tahun 2018. Selain kualitas, industri kelapa sawit juga masih minim inovasi produk untuk menyalurkan bahan baku di sektor hilir.
Ketua Dewan Pengawas Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS), Rusman Heriawan, mengatakan dana riset sawit pada tahun 2017 mencapai Rp 37,3 miliar. “Tahun ini mencapai Rp 40 miliar, namun bisa lebih jika memang dibutuhkan,” ujar dia pada pembukaan Pekan Riset Sawit Indonesia di Bandung, Selasa, 13 Februari 2018.
Meksipun demikian, menurut Rusman, yang paling penting adalah bagaimana riset tersebut dapat diimplementasikan dan berguna untuk pengembangan industri sawit dari hulu ke hilir. “Jangan sampai hanya sebatas jadi buku saja,” ujar Rusman.
Direktur Utama BPDP Kelapa Sawit Dono Boestami mengatakan, pihaknya menjajaki peluang untuk melakukan kerja sama riset dengan lembaga penelitian dunia. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan level kegiatan dan penelitian menjadi berskala internasional.
“Kami terus menjajaki kemungkinan untuk bekerja sama dengan berbagai lembaga penelitian dan universitas terpandang di dunia. Hal itu dilakukan untuk memberikan nilai tambah bagi kegiatan riset sektor sawit Indonesia,” ujarnya.
Dia mengatakan, penelitian merupakan mandat penyaluran dana BPDP Kelapa Sawit sesuai dengan PP no.61 tahun 2015. Inovasi dan kreatifitas diperlukan untuk mengembangkan industri kelapa sawit yang maju dan berkelanjutan. “Acara ini selain untuk menjalankan mandat penyaluran dana, juga untuk sumbangan kecil bagi kami dalam mendorong riset kelapa sawit,” ujar dia.
Sejak berdirinya tahun 2015, BPDP KS telah melaksanakan penelitian dan pengembangan bekerja sama dengan 24 universitas negeri dan swasta, 13 lembaga pendidikan non perguruan tinggi, 127 peneliti senior, serta 146 mahasiswa. Dari berbagai aktivitas tersebut, telah dihasilkan 115 kontrak penelitian sawit, 101 publikasi ilmiah nasional dan internasional, 11 paten, dan menerbitkan tiga buku.
Pada tahun 2015-2016, BPDP KS telah menyeleksi sebanyak 600 proposal dan sebanyak 71 proposal atau 12 persen dari jumlah tersebut disetujui untuk didanai .
Menurut Dono, kelapa sawit merupakan sektor strategis dan padat karya. Sektor ini menyumbangkan devisa terbesar senilai Rp 240 triliun. Nilai itu lebih tinggi dari sumbangan devisa sektor migas dan pariwisata.
Sektor perkebunan kelapa sawit juga merupakan penampung sekitar 4 juta tenaga kerja langsung dan 12 juta tenaga kerja tidak langsung. Berdasarkan penelitian, sektor ini dapat mengurangi 1,3 juta angka kemiskinan sejak tahun 2010. “Secara global, lebih dari kebutuhan CPO dunia dipasok dari Indonesia,” ujar dia.
Menurut Dono, riset merupakan elemen penting untuk mengembangkan kelapa sawit. Penelitian diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi serta mendorong terciptanya produk dan pasar baru.
“Riset harus memberikan solusi yang dihadapi oleh sawit seperti rendahnya kualitas dan Sumber Daya Manusia yang perlu diperbaiki,” ujar dia. (IFR/PikiranRakyat.com)