PARIS — Sebuah survei terbaru menyebut sebanyak 56 persen penduduk Prancis yakin Islam cocok dengan nilai-nilai kebangsaan mereka. Survei yang dilakukan oleh Institut Franais dOpinion Publique (IFOP) mencatat sisanya beranggapan kebalikan.
Temuan tersebut dipublikasikan dalam surat kabar mingguan Prancis, Le Journal Du Dmanche, Ahad (11/2). Pada 2016, survei serupa juga menyampaikan hasil yang sama.
Surat kabar tersebut menganalisa bahwa berarti Islam telah berkembang dengan baik. “Islam tetap menjadi topik utama yang membawa perbedaan pendapat, menurut kepekaan politik dan bias,” katanya.
Survei juga merespons keterkaitan Islam dengan sentimen politik. Sebanyak 63 persen pendukung Republik dan 62 persen pendukung National Front yakin Islam tidak sesuai dengan masyarakat Prancis.
Sebaliknya, 73 persen pendukung Sosialis, 60 persen pendukung France Soumise, 58 persen Republique en Marche berpikir sebaliknya. Selain itu, IFOP juga mensurvei tentang pajak pada makanan halal.
Ide menambahkan pajak makanan ini berawal pada 2016 oleh asosiasi kelompok Muslim. Tujuannya dana akan digunakan untuk pembangunan masjid dan program pemberantasan radikalisme pada generasi muda.
Terkait hal ini, mayoritas penduduk, sekitar 70 persen menolak pajak tersebut. Hanya 29 persen mendukun ide tersebut. Pada 2016, mantan Perdana Menteri Manuel Valls sempat mengatakan bahwa banyak penduduk berpikir Islam tidak sesuai dengan Prancis.
“Penting bagi kita untuk mengampanyekan yang sebaliknya,” kata dia. Valls meminta agar pemerintah menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang hebat dan secara fundamental cocok dengan nilai mana pun di Prancis.
“Baik dengan Republik, demokrasi, nilai-nilai kita dan juga kesetaraan antara pria dan perempuan,” kata dia dalam wawancara dengan Liberation. (REPUBLIKA.CO.ID)