News

Survei: Optimisme pelaku bisnis Indonesia tertinggi di dunia

JAKARTA – Pelaku bisnis di Indonesia sangat optimis terhadap pergerakan ekonomi nasional pada 2018. Pelaku bisnis Indonesia memiliki level optimisme bisnis 100 persen dari jumlah responden, seperti disebutkan hasil survei global terbaru Grant Thornton bertajuk “Asia Pacific: Trading and Thriving”.

Ini optimisme bisnis tertinggi di dunia, jika dibandingkan rekor optimisme Asia Pasifik yang mencapai level 58 persen.

Selain itu, optimisme terhadap adanya peningkatan penjualan juga diyakini oleh 72 persen pelaku bisnis di Indonesia. Lagi-lagi ini lebih tinggi dari rata-rata pelaku bisnis di ASEAN yang hanya di level 58 persen dan Asia Pasifik 67 persen.

Hasil survei tersebut berasal dari wawancara dan kuisoner sekitar 10 ribu responden di 36 negara di seluruh dunia termasuk Indonesia. Mereka yang dihubungi adalah selevel chief executive officer (CEO) atau managing director di perusahaan skala menengah dari seluruh sektor usaha/industri.

Head of Tax Grant Thornton Indonesia, Tommy David menjelaskan, ada tiga faktor pendukung utama yang membuat pelaku bisnis di Indonesia optimis terhadap kondisi ekonomi dan bisnis di2018. Ketiga faktor itu adalah peningkatan secara konsisten jumlah kelas menengah, peningkatan kerja sama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), dan pengembangan infrastruktur lokal.

“Jadi investor tertarik untuk investasi di Indonesia, antara lain karena populasinya besar sehingga kegiatan memproduksi barang pasti habis karena diserap pasar yang besar itu,” ungkap Tommy saat memaparkan hasil survei tersebut di Jakarta, belum lama ini.

Optimisme Indonesia juga didorong kondisi kawasan di Asia Pasifik yang kondusif dalam sisi geopolitik dalam lima tahun ke depan. Serta adanya kebijakan perdagangan China lewat mega program “One Belt One Road” yang menganggarkan dana USD 5 triliun. “Jika China dan Jepang bagus, maka Indonesia mendapat dampak positif, karena perdagangan Indonesia dengan kedua negara tersebut sangat besar,” kata Tommy.

Fakta menarik lainnya adalah sekitar 57 persen responden Indonesia memiliki rencana untuk peningkatan investasi dalam bidang sumber daya manusia dengan menambah karyawan baru. Angka ini lebih tinggi dari kawasan ASEAN yang 38 persen, dan Asia Pasifik 45 persen.

Namun, untuk bidang penelitian dan pengembangan (R&D) dan teknologi, rencana peningkatan investasi di Indonesia terbilang rendah, yakni hanya 14 persen dan 4 persen dari jumlah responden. Angka itu lebih rendah dari ASEAN yang berada di level 21 persen dan 39 persen di Asia Pasifik untuk bidang R&D. Sedangkan bidang teknologi, ASEAN di level 27 persen dan Asia Pasifik 45 persen. Dengan kata lain, responden lebih suka menambah investasinya di bidang R&D dan teknologi di negara lain ketimbang Indonesia.

“Pelaku bisnis di Indonesia diharapkan mampu menyikapi secara bijak berbagai data positif perekonomian Asia Pasifik dengan mengatur strategi perdagangan mereka sebaik-baiknya, serta melakukan review sedini mungkin atas kebutuhan area pengembangan yang menunjang industri mereka untuk menjaga tumbuhnya bisnis secara berkesinambungan,” tambah Johanna Gani, Managing Partner Grant Thornton Indonesia. (Merdeka.com)

Join The Discussion