News

6 Universitas Peraih Dana Riset Kolaborasi Indonesia-Inggris

Dikutip dari kompas.com – Pemerintah Indonesia dan Kerajaan Inggris memperkuat kerja sama dua negara dalam bidang penelitian penyakit menular. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi bersama Departemen Bisnis, Energi dan Strategi Industri Inggris melalui Newton Fund menyiapkan dana Rp 37 miliar untuk mendanai enam penelitian terbaik dalam bidang penyakit menular untuk jangka waktu tiga tahun.

Lebih jauh, kata Nasir, terkait dengan kerjasama indonesia dan Inggris dalam bidang kesehatan, bertujuan menghasilkan terobosan dalam bidang penyakit menular (infectious diseases). Sementara Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN dan Timor Leste – Moazzam Malik mengatakan, “Newton Fund dan Kemenristekdikti, dalam kemitraannya berkomitmen untuk mendanai riset-riset kolaborasi berskala internasional yang dapat memberikan kontribusi positif baik secara sosial maupun ekonomi.”

“Selamat kepada enam peneliti yang terpilih yang mendapatkan pendanaan. Kolaborasi ini dibawah skema Newton fund. Saya harap riset-riset terpilih ini berguna bagi masyarakat Indonesia untuk hidup lebih lama, lebih sehat dan lebih makmur,” terang Moazzam.

Berikut 6 kolaborasi riset kesehatan antara peneliti Indonesia dan Inggris :

1. Universitas Indonesia dan Edinburgh Napier University

Judul riset: “Cathelicidins As Novel Therapeutic Antivirals For Dengue Infection”. Riset ini bertujuan menguji molekul cathelicidins yang diproduksi sistem kekebalan tubuh manusia, apakah molekul ini dapat dimodifikasi untuk memerangi demam berdarah.

Peneliti utama dari Indonesia adalah Anom Bowolaksono dari Universitas Indonesia dan dari Inggris adalah Peter Barlow dari Edinburgh Napier University.

2. Universitas Hasanuddin dan University of Saint Andrews.

Judul riset: “Pathogen exchange at the human wildlife interface – a comprehensive molecular study on vector-borne disease in rural Sulawesi”. Riset ini bertujuan memahami peran interaksi binatang dan manusia dalam penyebaran penyakit menular seperti malaria. Peneliti utama dari Indonesia adalah Isra Wahid dari Universitas Hasanuddin dan dari Inggris adalah Janet Cox-Singh dari University of Saint Andrews.

3. Universitas Katolik Atma Jaya dan University of Chelsea

Judul riset: “Feasibility, acceptability and impact of an innovative, tailored HIV prevention intervention for MSM at high-risk of HIV in Indonesia”. Riset ini bertujuan menyelidiki pencegahan HIV yang inovatif, baik melalui pelayanan deteksi yang memadai, juga penanganan yang cepat bagi masyarakat yang sudah terkena dampak HIV.

Peneliti utama dari Indonesia adalah Irwanto dari Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dan dari Inggris adalah Keerti Gedela dari University of Chelsea dan Westminster Hospital National Health Service (NHS) Foundation Trust.

4.Universitas Padjajaran dan The London School of Hygiene and Tropical Medicine

Judul riset: “Using host-responses and pathogen genomics to improve diagnostics for tuberculosis in Bandung, Indonesia”. Dalam hal mengontrol tuberkulosis (TBC), riset ini bertujuan mengidentifikasi pasien tuberkulosis sejak dini dan meningkatkan pengawasan pada masa pengobatan. Kapasitas analisa akan ditingkatkan, dan pembangunan teknologi tepat akan dikembangkan. Peneliti utama dari Indonesia adalah Ida Parwati dari Universitas Padjadjaran dan dari Inggris adalah Taane Clark dari The London School of Hygiene and Tropical Medicine.

5. Universitas Gadjah Mada dan University of Liverpool

Judul riset: “Improving diagnosis of brain infections in Indonesia using novel and established molecular diagnostic tools”. Riset ini bertujuan menyelidiki pemakaian peralatan molekuler yang dapat meningkatkan diagnosa penderita infeksi otak di Indonesia. Peneliti utama dari Indonesia adalah Tri Wibawa dari Universitas Gadjah Mada dan dari Inggris adalah Michael Griffiths dari University of Liverpool.

6. Universitas Indonesia dan University of Manchester

Judul riset: “Point of care tests in the diagnosis of chronic and allergic aspergillosis”. Diagnosis penyakit aspergillosis termasuk mahal dan memerlukan peralatan khusus. Riset ini bertujuan mengembangkan uji diagnosa yang lebih mudah dan terjangkau. Peneliti utama dari Indonesia adalah Anna Rozaliyani dari Universitas Indonesia dan dari Inggris adalah Chris Kosmidis dari University of Manchester.

Join The Discussion