DEPOK – Universitas Indonesia (UI) siap melaksanakan anggaran riset berbasis output yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas penelitian, karena selama ini riset lebih fokus pada proses yang terbebani dengan persoalan administratif.
“Sesuai dengan arahan Kemenristekdikti untuk melakukan perubahan paradigma dalam penelitian yang bukan lagi pada proses tetapi output dari penelitian,” kata Wakil Rektor III UI Bidang Riset dan Inovasi Rosari Saleh, di Kampus UI Depok.
Menurutnya, perubahan ke arah penelitian berbasis output yang telah disosialisasikan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi diyakini bisa meningkatkan produktivitas penelitian di Indonesia.
Dia menyatakan UI tidak khawatir dengan perubahan paradigma itu, bahkan sudah mulai melaksanakan anggaran riset berbasis output (ARBO) dalam membangun iklim riset di sini.
“Sejumlah kebijakan baru dalam dunia riset dan inovasi Universitas Indonesia sudah dilaksanakan,” katanya lagi.
Jadi, lanjut dia, setiap proposal riset harus dibarengi dengan penandatanganan kesepakatan untuk menjamin output yang signifikan bagi peningkatkan kualitas riset baik nasional maupun internasional.
Menurut dia, seperangkat program juga sudah disiapkan UI untuk menjawab tantangan memperbaiki kualitas riset, antara lain memberikan pendampingan secara intensif untuk setiap ide riset dari kalangan mahasiswa hingga dosen.
UI, katanya pula, bahkan menyediakan ruang simposium khusus bagi para mahasiswa tingkat skripsi untuk menjaring sebanyak mungkin ide-ide segar dalam bidang riset dan inovasi.
Sebelumnya, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan (Risbang) Kemenristek Dikti Dr Muhammad Dimyati, melakukan sosialisasi ARBO untuk mengakomodir kepentingan para peneliti sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 106 Tahun 2016 tentang Standar Biaya Keluaran (SBK) untuk semua kegiatan riset tahun 2017.
Dimyati menyatakan bahwa PMK ini bisa menjadi solusi terkait masalah penganggaran riset. “Agar semua riset berbasis output, perlu mengubah paradigma riset,” ujar Dimyati.
Upaya mendorong implementasi ARBO, Ditjen Risbang akan fokus pada output yang dihasilkan periset sebagai laporan riset. Hal itu akan berlaku untuk submisi proposal tahun 2017 yang dibuka tahun ini.
Dimyati menambahkan, pada riset berbasis proses, peneliti sibuk mengurusi persoalan SPJ, kuitansi dan sebagainya, sehingga mengakibatkan produktivitas rendah. Sedangkan pada riset berbasis output, dana yang diberikan bersifat block grant, sehingga produktivitas menjadi lebih tinggi.
Menurut Dimyati, permasalahan yang muncul akibat beberapa kebijakan, pertama, peneliti harus melaporkan pertanggungjawaban keuangan secara individu.
Selain itu, jenis belanja barang atau jasa yang diperbolehkan telah ditentukan dengan tidak memperhatikan karakteristik penelitian.
“Pada sisi lain, proses pencairan anggaran tidak tepat waktu, sementara pelaporan harus dilakukan tepat waktu,” katanya lagi.
Direktur Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) Prof Heri Hermansyah mengatakan pertemuan seperti itu rencananya akan rutin dilakukan, sehingga kebutuhan civitas akademika dapat sampai langsung kepada pengambil kebijakan. (IFR)
Sumber : Okezone.com