News

5 Misi Riset Kapal Eks Perang Dunia II Milik Swiss yang Berlabuh di Sunda Kelapa

Jakarta – Kapal layar antik produksi 1941 berbendera Swiss, Fleur de Passion tengah berlabuh di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta pada 3 – 12 April 2018.

Ia berlabuh di pelabuhan kuno Batavia itu pada separuh perjalanannya berkeliling dunia, menapak tilas rute pelayaran penjelajah Portugis Ferdinand Magellan. Fleur de Passion telah mulai berlayar dari Sevilla sejak 13 April 2015 silam.

Namun, selain menapak tilas, Fleur de Passion yang juga berstatus sebagai kapal riset turut melaksanakan beberapa pengumpulan data ilmiah untuk kepentingan penelitian kemaritiman.

Keseluruhan misi riset pelayaran Fleur de Passion dilaksanakan oleh personel program The Ocean Mapping Expedition yang digagas The Foundation Pacifique — sebuah organisasi nirlaba berbasis di Jenewa, Swiss yang bergerak di bidang sosial-humaniora, lingkungan dan riset ilmiah.

Samuel Gardaz, Vice Presiden dan Co-Founder The Foundation Pacifique menjelaskan bahwa ada lima misi riset ilmiah yang dilaksanakan oleh Fleur de Passion kala berlayar selama 4 tahun.

Berikut 5 misi riset yang dilakukan oleh kapal berbendera Swiss tersebut:

1. Pengumpulan Sampel Polusi Suara di Laut

Samuel Gardaz, Vice President dan Co-Founder The Foundation Pacifique menjelaskan bahwa salah satu misi riset yang dilaksanakan oleh Fleur de Passion adalah pengumpulan sampel polusi suara di laut.

“Misi pengumpulan sampel polusi suara di laut ini kami mulai saat berangkat pertama kali dari Sevilla, Spanyol. Tujuan pengumpulan sampel itu adalah untuk melakukan pemetaan mengenai polusi suara di laut yang disebabkan oleh mesin kapal, sonar, propulsi gas buang kapal, dan lain sebagainya,” kata Gardas di atas Fleur di Passion yang tengah berlabuh di Sunda Kelapa pada Rabu, 4 April 2018.

Sampel yang dikumpulkan oleh Fleur de Passion berasal dari perairan rute pelayarannya, meliputi; Eropa Barat, Afrika Barat Laut, Samudera Atlantik, Amerika Selatan, Samudera Pasifik, Australia, Asia Tenggara, Samudera Hindia, Madagaskar, Afrika Barat, dan kembali ke Eropa.

“Di tengah pelayaran, alat ini akan ditempel pada sekoci kecil, kemudian, ia akan melakukan tugasnya sambil kami kendalikan menggunakan komputer di kapal. Alat itu memiliki semacam alat transponder, sensor, dan perekam suara. Sampel yang terkumpul berupa data suara,” kata Gardaz.

Seluruh sampel yang sudah terkumpul akan diserahkan kepada Laboratory of Bioacoustics Applications (LAB) Polytechnic University of Cataluña, Barcelona. Institusi riset-pendidikan itu kemudian akan menelaah dan menganalisis sampel yang telah dikumpulan oleh Fleur de Passion.

2. Pengumpulan Sampel Mikro dan Meso-plastik

Fleur de Passion juga melakukan pengumpulan sampel mikro dan meso-plastik sepanjang pelayarannya mengarungi lautan dunia.

“Corong alat ini kami buang ke laut. Karena ia berpenyaring mikro, air akan tersaring keluar, sementara residu plastik-plastik mikro dan meso akan tinggal di saringan. Residu itu yang akan kami simpan sebagai sampel dan kemudian diserahkan kepada institusi pendidikan untuk dikaji lebih lanjut,” kata Gardaz.

3. Observasi Terumbu Karang

Misi riset yang satu ini khusus dilaksanakan di perairan Australia, Kepulauan Solomon, Papua Nugini, dan Indonesia pada periode pelayaran Maret – Desember 2017. Kawasan itu dipilih sebagai lokasi penelitian karena memiliki garis pantai yang kaya akan jajaran terumbu karang.

Observasi itu dilakukan untuk mengetahui seberapa sehat terumbu karang di kawasan tersebut usai fenomena pemutihan (bleaching) yang tengah intens selama beberapa tahun terakhir — akibat dampak dari pemanasan global dan pencemaran zat kimia.

“Kami melakukan observasi secara manual, dengan menggunakan sebuah kartu indikator (foto di atas) untuk menentukan seberapa sehat terumbu karang tersebut usai maraknya fenomena pemutihan yang terjadi di kawasan garis pantai itu,” kata Gardaz.

Hasil observasi menggunakan kartu indikator itu akan diserahkan kepada CoralWatch Project University of Queensland, penggagas utama proyek tersebut. Hingga akhir tahun lalu, Fleur de Passion dan kru telah melakukan sekitar lebih dari 1.000 observasi.

4. Pemetaan Habitat dan Biota Laut

Misi riset yang satu ini secara khusus dilakukan di pantai timur dan Great Barrier Reef Australia, karena bekerja sama dengan Remote Sensing Research Center (RSRC) University of Queensland. Riset dilakukan dalam periode pelayaran April – Mei 2017.

“Pemetaan dilakukan menggunakan sensor remote bawah laut, observasi visual, dan foto,” kata Gardaz.

5. Pengumpulan Zat Gas Rumah Kaca

Misi terakhir yang dilakukan oleh Fleur de Passion dan para awaknya adalah pemantauan zat gas rumah kaca di permukaan laut.

“Untuk yang satu ini kami menggunakan penginderaan satelit, komputer, dan sensor untuk menangkap serta mengolah zat gas rumah kaca yang ada di atas permukaan laut. Kapal Fleur de Passion dilengkapi oleh teknologi semacam itu,” kata Gardaz.

Data yang dikumpulkan oleh Fleur de Passion akan diserahkan untuk proyek penelitian efek ruah kaca dan pemanasan global yang tengah dilakukan oleh University of Geneva Swiss.

Misi yang berlangsung selama total kurang-lebih 4 tahun itu menelan dana senilai hampir 5 juta Francs atau Rp 71 miliar, yang diperoleh dari institusi atau lembaga donor, seperti PBB, Pemerintah Jenewa Swiss, serta universitas. (liputan6.com)

Join The Discussion