MALANG – ITN kembali menjadi tuan rumah pelatihan pemanfaatan hasil penelitian dan pengabdian masyarakat yang berpotensi paten. Di tahun ketiga ini, kegiatan diikuti sebanyak 90 dosen se-Jawa Timur. Pelatihan ini adalah follow up dari kegiatan hibah penelitian dan pengabdian yang diberikan Kemenristekdikti DRPM. Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual menargetkan 290 judul penelitian dosen seluruh Indonesia yang akan mendapat hak paten.
“Tahun lalu terdapat 250 judul, tahun ini targetnya 290 judul. Kalau dari hasil pelatihan, nanti dilihat outputnya terlebih dahulu,” ujar Kasubdit Evaluasi Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual, Nur Masyitah Syam kepada Malang Post kemarin.
Dia melanjutkan, setelah mendapatkan outputnya, peserta akan difasilitasi pendaftaran patennya ke Dirjen Haki. Peserta akan diberikan edukasi terkait Haki, penyusunan deskripsi paten, penelusiran paten pembanding, sehingga dihasilkan output dokumen spesifikasi paten. “Kami memfasilitasi pendaftaran pendanaan paten, pemeriksaan subtantik dan percepatan publikasi. Sementara centra kekayaan intelektual akan melakukan tindak lanjut dan mempromosikan kepada pihak yang berkepentingan,” ungkapnya.
Hasil penelitian harus berupa penelitian eksak, dapat bermanfaat, dan memiliki unsur kebaruan. Selain mempunya teknologi, juga potensial untuk diindustrikan.
“Yang non teknologi seperti humaniora atau sosial, tidak bisa. Harus mempunyai teknologi dan dilihat dulu dari outputnya,” tandasnya.
Dana yang diberikan meliputi UMKM dan perguruan tinggi sebesar Rp 450 ribu/judul, pemeriksaan subtantiknya Rp 2 juta/judul, percepatan publikasi Rp 200 ribu/judul. Sedangkan dana pemeliharaan akan ditanggung perguruan tinggi masing-masing.
“0-5 tahun dana pemeliharaan free, tapi selanjutkan akan dimintakan biaya pemeliharaan sendiri,” bebernya.
Sementara itu, Rektor ITN Malang, Dr Lalu Mulyadi mengungkapkan pentingnya pelatihan ini adalah untuk pencegahan plagiat. Sebab, sering penelitian dan riset yang berhenti akan berpotensi diplagiat perguruan tinggi lain. Manfaat lain, agar dosen memiliki hak cipta sendiri sehingga risetnya akan aman.
“Di perguruan tinggi teknis yang harus ditaati oleh dosen berupa tri dharma yang berarti pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Di ITN secara umum, harus meningkatkan tridarma, tidak hanya mengajar tapi juga riset,” tandasnya.
Pelatihan ini memberikan trik yang baik untuk mempermudah mencapai paten. Mempermudah persyaratan selesai dengan cepat. “Penguatan internal penting dilakukan agar dosen mau meneliti untuk memanfaatkan dana yang diberi pemerintah. Di ITN 90% dosen aktif meneliti,” ungkapnya.
Salah satu peserta pelatihan, Ahmad Robiul Awal Udin, dosen mesin otomotif Politeknik Negeri Jember mengaku pelatihan ini membantu peserta melakukan uji banding ke universitas lainnya dengan melihat beragam referensi. Lima proposal yang diajukan lolos seleksi pertama kali dari Dikti dan membuatnya ingin terus belajar untuk membenahi parameter yang tidak sesuai. “Kendala ada pada fasilitas kampus yang masih belum memadai. Tapi setidaknya, penelitian kami masuk database dikti,” tuturnya.
Peserta lain, Sufianto dari UMM mengaku tujuh proposalnya di bidang pertanian dan teknik lolos seleksi. Dia mengaku pentingnya penelitian memiliki hak paten meskipun diakui prosesnya cukup lama. “Tidak ada kendala sebenarnya untuk hak paten, hanya saja proses pengecekannya memang lama karena seluruh Indonesia,” tutupnya.